Sabtu, 30 Januari 2021

Menulis dan Berbagi

 

“If you want to master something, teach it. The more you teach, the better you learn. Teaching is a powerful tool to learning”. 

Richard Feynman

Jika kita ingin semakin terampil dalam menulis, maka ajarkan ilmu yang kita peroleh dan ajaklah orang lain untuk juga ikut menulis. Semakin banyak kita menyebarkan ilmu tentang menulis kepada orang lain, maka secara tidak langsung kita akan menguasainya.

Hal inilah yang diterapkan oleh Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. untuk mendorong semangat menulisnya. Ia adalah seorang guru berprestasi dari SMAN 5 Tana Toraja Prov. Sulawesi Selatan, pernah menjadi juara ketiga ketika mengikuti lomba Kreatifitas Guru Tingkat SMA pada Porseni PGRI Provinsi Sulsel Tahun 2017. Baru-baru ini pada tahun 2020, ia meraih dua mendali emas dan tiga mendali perunggu pada ajang Gurulympics PGRI. Suatu prestasi yang sangat luar biasa membanggakan.

Pria kelahiran 6 Juli 1984 yang biasa dipanggil dengan Bapak Roma ini juga merupakan alumni pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 8 yang sudah menerbitkan kurang lebih tujuh buku buku yang terdiri dari buku solo, duet, dan antalogi. Diantara buku-buku tersebut dua buku duetnya dengan Prof. Richardus Eko Indrajit  dapat tembus diterbitkan di penerbit mayor.



Motivasi Menulis

Bapak Roma mengatakan bahwa semua kita pasti mempunyai ide dan pengalaman hidup masing-masing, disamping itu kita juga diberkahi dengan kemampuan untuk menulis. Oleh sebab itu, manfaatkanlah apa yang kita miliki tersebut. Gunakan ide dan pengalaman sebagai bahan untuk menghasilkan karya tulisan.

Selama mengikuti pelatihan kita juga diwajiban untuk membuat resume dari setiap materi yang disampaikan oleh narasumber. Jadikan kegiatan tersebut sebagai salah satu cara untuk melatih keaktifan agar konsisten dalam menulis. Resume merupakan tulisan yang paling mudah kita bahasakan saat kita belajar menulis karena kontennya sudah disediakan. Kita tinggal mengolah kata-kata dan memberi “bumbu” kreatifitas sehingga menjadi tulisan yang enak dan renyah untuk dibaca.

Menulislah tanpa beban seperti air yang mengalir dari ketinggian, dimana ia akan terhenti ditempat yang datar sehingga menjadi genangan yang besar. Tulislah kata demi kata, kalimat demi kalimat, sehingga pada akhirnya akan terkumpul menjadi naskah yang siap untuk dibukukan. Menulislah dengan CLBK, yaitu mencoba, lakukan, budayakan, dan konsisten.

Menurut UNESCO, minimal isi dari sebuah buku adalah 40 halaman. Apabila kita rutin menulis minimal 20 resume yang jika masing-masing resume mempunyai 5 halaman ukuran kertas A5, maka dengan modal hanya 20 resume kita sudah menghasilkan 100 halaman naskah buku. Atas dasar itu, Bapak Roma berpesan kepada peserta Belajar Menulis PGRI Gelombang 17 untuk menyelesaikan resume dan segera memiliki mahkota menulis, yaitu hasil karya ber-ISBN yang akan diabadikan oleh Negara di Perpustakaan Nasional RI.

Menulis dan Berbagi

Salah satu cara yang dapat kita lakukan agar motivasi untuk menulis terus meningkat yaitu dengan berbagi praktik-praktik cara menulis dengan orang lain. Hal itulah yang dilakukan oleh Bapak Roma. Setelah mengikuti pelatihan Belajar Menulis dan berhasil menerbitkan beberapa buku, ia menjadi pegiat literasi dilingkungan kerjanya. Ia berusaha mengajak rekan-rekan kerjanya untuk mulai menulis. Beragam cara yang ia lakukan, seperti mengajak secara langsung atau membagikan tulisan di blog ke grup WA sekolah dan media sosial.

Bapak Roma mengakui awalnya memang terasa sulit, tetapi dengan adanya kita memberikan bukti berupa karya maka akan membuat orang lain menjadi tertarik. Ia ikut menulis artikel di laman guruberbagi.kemdikbud.go.id. dan dua artikelnya sudah diterbitkan. Atas dasar hal tersebut ia mendapat bonus paket data dari kemdikbud.

Selain itu, ia juga berhasil menulis puisi dan menerbitkannya menjadi sebuah buku dengan judul “Tetesan di Ujung Pena”. Perlahan tapi pasti, akhirnya usahanya tidak sia-sia. Atas capaian tersebut dua orang rekan guru Bahasa Indonesia berminat untuk menulis. Lalu ia mengajak mereka untuk mulai menulis hal yang paling mudah untuk dilakukan, yakni menulis puisi. Setelah dua bulan berjalan akhirnya terkumpul 71 puisi yang siap untuk dibukukan dengan judul buku “Merajut Asa di Badai Korona”. Bapak Roma mengatakan, ia melakukan hal tersebut untuk memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru bahwa menulis itu bisa kita lakukan.

Bapak Roma terus berjuang mengajak rekan-rekan guru untuk menulis. Ia memulai langkahnya dengan menulis cerpen bersama siswa . Berharap hal tersebut menjadi pelecut bagi semangat guru-guru ketika melihat siswanya bisa menerbitkan buku ber-ISBN.

Apa yang Bapak Roma lakukan adalah salah satu bentuk berbagi ilmu. Ia membagikan ilmu dan pengalaman yang ia peroleh ketika mengikuti pelatihan belajar menulis dan menerbitkan buku kepada rekan-rekan kerjanya.

Berbagi ilmu memang tidak ada habisnya. Ibarat mata air, semakin banyak air yang diambil darinya maka akan semakin jernih dan banyak pula air yang dihasilkan. Oleh sebab itu, apabila kita ingin menguasai suatu ilmu khususnya dalam menulis maka ajarkanlah kepada orang lain.

Kamis, 28 Januari 2021

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Memiliki buku karya sendiri merupakan hal yang kita impikan. Kita akan lebih bangga lagi apabila buku yang kita tulis lolos untuk diterbitkan di penerbit mayor. Namun, sebagaimana yang kita ketahui agar naskah buku dapat diterima di penerbit mayor tidaklah mudah.

Penerbit mayor sangat selektif dalam memilih naskah untuk diterbitkan, sehingga banyak naskah yang diajukan sering ditolak. Walaupun demikian, tidak ada salahnya jika kita tetap mencoba mengirim naskah ke penerbit mayor, tetapi kita juga harus menyiapkan diri dengan resiko yang terjadi.

Jangan sampai kita patah semangat dan menyurutkan niat untuk menerbitkan buku hanya karena naskah ditolak oleh salah satu penerbit. Naskah ditolak bukan berarti tidak berkualitas tetapi mungkin saja naskah yang kita usulkan belum masuk kedalam kriteria penerbit.

Kemudahan di Penerbit Indie

Penerbit mayor bukanlah satu-satunya pilihan jika ingin menerbitkan buku. Ada cara yang lebih mudah dan cepat yaitu melalui jasa penerbit indie. Bagi penulis pemula tentunya penerbit indie merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri.

Hal ini juga dilakukan oleh salah seorang narasumber Belajar Menulis Gelombang 17 dalam menerbitkan buku. Ia adalah Bapak R. Brian Prasetyawan, S.Pd, seorang guru SD sekaligus sebagi seorang penulis. Puluhan tulisannya sudah dimuat diberbagai media cetak dan blog www.praszetyawan.com. Ada juga yang berbentuk karya buku yang terdiri 3 buku solo dan 8 buku antologi. Semua buku karya Bapak Brian diterbitkan melalui jasa penerbit indie.

Bapak Brian sengaja mengangkat tema “Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie” karena berdasarkan pengalaman ketika ia mengikuti pelatihan belajar menulis gelombang 4 dan menjadi narasumber di beberapa gelombang. Banyak peserta yang sudah mengumpulkan 20 resume tetapi masih belum percaya diri dan bingung untuk menerbitkannya menjadi buku.

Selain itu, ia juga pernah merasakan hal yang sama ketika ingin menerbitkan buku pada tahun 2014. Pada saat itu ia belum memiliki mentor yang membimbing dan belum memiliki pengetahuan tentang dunia penerbit, sehingga niatnya untuk menerbitkan buku terkendala. Barulah pada tahun 2019 ia mulai mengenal penerbit indie sehingga cita-citanya lima tahun yang lalu tercapai. Ia berharap apa yang terjadi pada peserta gelombang sebelumnya dan padanya tidak terjadi pula pada peserta belajar menulis saat ini. 

Menurut Bapak Brian, saat ini untuk menerbitkan buku dapat dilakukan dengan mudah melalui penerbit indie. Pada penerbit mayor naskah yang kita ajukan belum tentu diterima, kalaupun diterima proses penerbitannya akan memakan waktu yang lama. Sedangkan penerbit indie justru sebaliknya. Naskah yang kita ajukan sudah pasti bisa diterbitkan serta prosesnya pun cepat dan mudah. Walaupun demikian, dibalik kelebihan tentu ada pula kelemahan. Pada penerbit indie kita perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas pra cetak.

Oleh sebab itu, dengan kemudahan tersebut dapat menjadi motivasi bagi kita untuk menerbitkan buku. Sangat disayangkan sekali apabila kita sudah mempunyai kumpulan tulisan tetapi tidak dijadikan sebuah buku.

Penerbit Gemala

Bapak Brian merupakan salah seorang peserta Belajar Menulis PGRI Gelombang 4. Ia mengatakan bahwa pada saat itu banyak peserta yang bingung harus menerbitkan buku dimana. Melihat kondisi tersebut maka ia menawarkan bantuan bagi peserta yang ingin menerbitkan bukunya. Ia membantu menghubungkan peserta dengan salah satu penerbit indie kepercayaannya yaitu Penerbit Gemala, kerjasama tersebut terus berlangsung hingga saat ini.

Bapak Brian menjelaskan beberapa ketentuan untuk menerbitkan buku di Penerbit Gemala, yaitu:

  1. Biaya penerbitan Rp.300.000 (maksimal 130 halaman A5)
  2. Fasilitas yang disediakan: desain cover, ISBN, layout, 2 buku bukti terbit, dan E-Sertifikat.
  3. Format naskah: ukuran kertas A5, huruf times new roman, ukuran huruf 12 pt, spasi 1,5, margin 2 cm, dan paragraph rata kiri-kanan.
  4. Naskah sudah dilengkapi judul buku dan nama penulis, prakata, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, dan synopsis (3 paragraf, masing-masing paragraf 3 kalimat)
  5. Tidak menyediakan fasilitas editing.
  6.  Jumlah minimal cetak ulang 10 eksemplar
  7. Proses penerbitan paling cepat 1 bulan.

Dikarenakan pada Penerbit Gemala tidak menyediakan fasilitas editing, ada beberapa hal yang Bapak Brian sarankan.

  1. Jangan ada penulisan kata yang disingkat seperti: yg, tdk, blm.
  2. Jangan sampai ada tulisan yang salah ketik (typo)
  3. Satu paragraph jangang berisi terlalu banyak kalimat
  4. Mulailah membiasakan membuat kalimat yang pendek-pendek, karena kalimat yang panjang cenderung membingungkan.
  5. Setiap awal Bab selalu dimulai dengan halaman baru.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerbit indie salah satu pilihan apabila kita ingin menerbitkan buku dengan mudah tanpa ribet. Hal yang terpenting dari sebuah buku adalah isi yang ada didalamnya. Tidak penting siapa penerbitnya, jika buku yang kita tulis adalah karya yang berkualitas maka akan tetap diminati oleh pembaca.

 

Senin, 25 Januari 2021

Teknik Membuat Resume Jadi Buku

 

Salah satu capaian yang diharapkan dari pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 17 adalah setiap peserta mampu untuk menerbitkan buku. Minimal kumpulan dari beberapa resume yang dijadikan sebuah buku. Buku tersebut sebagai syarat bagi peserta untuk memperoleh sertifikat 40 JP.

Sebagai peserta yang merupakan penulis pemula tentunya belum memahami bagaimana cara membuat kumpulan tulisan menjadi sebuah buku. Oleh sebab itu, perlu adanya pencerahan mengenai hal tersebut.

Kali ini akan dikumpas tuntas oleh narasumber hebat yang merupakan salah seorang alumni pelatihan Belajar Menulis PGRI. Ia akan membahas bagaimana membuat kumpulan resume menjadi sebuah buku berdasarkan pengalamannya saat sebagai peserta pelatihan Belajar Menulis Gelombang 12, ia adalah Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd.

Ibu Aam adalah seorang kepala sekolah di SMPS MAHIDA Cipanas, Lebak, Banten. Ia telah berhasil membuat kumpulan resume yang ia tulis pada saat mengikuti belajar menulis menjadi sebuah buku yang menarik yaitu ”Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat", yang ia selesaikan pada bulan Agustus 2020. Berkat pengalaman tersebut membuat kecintaannya terhadap dunia kepenulisan semakin besar sehingga melahirkan karya-karyanya yang lain yaitu dua buku solo, satu buku duet, dan beberapa buku antologi. Saat ini ia juga aktif menulis di blog pribadinya aamnurhasanah12.blogspot.com.

Ibu Aam juga sangat berjasa dalam terselenggaranya pelatihan belajar menulis ini, dimana ia dipercaya oleh OmJay sebagai moderator untuk memimpin jalannya pelatihan menulis di beberapa gelombang. Perjalanan ia menjadi moderator juga ia monumenkan menjadi sebuah buku “Menjadi Moderator Online” yang diterbitkan pada Desember 2020.

Membuat Buku dari Kumpulan Resume

Ibu Aam mengatakan sebelum menjadi sebuah buku, tulislah resume sebaik dan semenarik mungkin. Kesalahan yang sering dilakukan oleh banyak peserta dalam membuat resume adalah mencopy paste semua materi yang dibagikan oleh narasumber tanpa diedit, padahal tidak semua yang dikatakan oleh narasumber itu penting.

Dalam membuat resume kita cukup mengambil point-point pentingnya saja. Barulah point-point tersebut kita kembangkan dengan bahasa sendiri menjadi tulisan. Agar resume menjadi lebih menarik dan tidak monoton kita dapat menambahkan dengan pengalaman dan pendapat pribadi.

Ada 7 teknik yang dapat kita lakukan untuk membuat buku dari kumpulan resume, teknik tersebut adalah sebagai berikut.

1.      Mengumpulkan resume dalam file Ms. Word

Selain resume tersebut kita posting di blog, ada baiknya resume tersebut juga kita simpan dalam bentuk file Ms. Word. Hal tersebut ditujukan agar kita mudah dalam menyusun setiap naskah yang akan dijadikan buku, karena kita akan lebih leluasa mengetik dan mengedit suatu tulisan di Ms. Word dibandingkan di blog.

 2.      Menentukan tema

Selama kita mengikuti pelatihan belajar menulis, kita  disuguhkan dengan beragam topik, seperti motivasi menulis, teknik kepenulisan, penerbitan, dan lain-lain. Oleh sebab itu, agar buku menjadi tertata rapi, sebaiknya setiap resume yang mempunyai topik yang sama dapat kita kumpulkan menjadi satu tema, sehingga setiap pembahasan menjadi lebih terfokus.

3.      Membuat daftar isi atau Table of Content (TOC) 

Daftar isi berfungsi sebagai kerangka pikiran yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan tulisan. Daftar isi dapat dibuat berdasarkan dari kumpulan tema. Contohnya:

           BAB 1 Kelas Belajar Menulis

1.1  Motivasi menulis

1.2  Mengapa harus menulis

1.3  Sulitkah menulis

1.4  Mengatasi kesulitan menulis

dan seterusnya

4.      Mengembang TOC

Kembangkan tulisan dengan bahasa sendiri berdasarkan daftar isi yang telah dibuat. Sangat dianjurkan dalam tulisan untuk menambahkan pengalaman dan pendapat pribadi agar menjadi lebih menarik.

Selain itu, naskah yang berasal dari resume biasanya akan berisi biodata dan prestasi narasumber, tulislah seperlunya saja dan cantumkan hanya prestasi yang paling membanggakan. Hal yang perlu diingat adalah janganlah menulis sambil revisi, revisi dilakukan setelah semua ide tersalurkan.

5.      Review dan revisi

Tahap ini dilakukan dengan mengecek kembali dan memperbaiki terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan misalnya struktur kalimat, kata tidak baku, kesalahan ketik, dan lain-lain.

6.      Lengkapi buku dengan synopsis, kata pengantar, kata sambutan, dan profil penulis

Sinopsis merupakan gambaran singkat tentang isi buku, sehingga dengan hanya membaca synopsis pembaca akan dapat memahami apa isi buku tersebut. Selain itu mintalah kata pengantar dan kata sambutan dari orang yang berpengaruh dan terpandang. Terakhir tambahkan profil penulis. Semua itu diperlukan agar menarik perhatian pembaca.

7.      Ajukan naskah ke penerbit

Jika semua teknik diatas sudah kita lakukan, maka naskah sudah dapat kita kirimkan ke penerbit.  

Tujuh teknik tersebut tidak hanya terbatas untuk membuat buku dari resume, kita juga dapat menerapkan teknik-teknik tersebut untuk jenis-jenis karya yang lain. Kita dapat membuat buku dari tulisan-tulisan sederhana seperti tulisan di blog, buku harian, atau catatan-catatan lain. Oleh sebab itu, mulailah menulis dan teruslah menghasilkan karya sehingga suatu saat karya tersebut dapat kita kumpulkan dan dijadikan sebuah buku.

“Menulislah agar hidupmu bermakna, menulislah agar hidupmu berwarna, dan menulislah hari ini agar engkau dikenal esok hari”. (Aam Nurhasanah)

Sabtu, 23 Januari 2021

Mental Seorang Penulis

Ketika memilih untuk menjadi seorang penulis, maka kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Jalan menjadi seorang penulis hebat tidaklah mudah, banyak tantangan dan rintangan yang harus dilalui. Hanya orang yang memiliki mental kuatlah yang bisa menaklukkannya. Lalu, mental seperti apakah yang harus dimiliki untuk menjadi seorang penulis?

Seorang narasumber luar biasa menjelaskan pentingnya seorang penulis untuk memiliki mental yang kuat. Ia adalah Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Seorang guru SMPN 1 Cipeundeuy, Subang yang telah menorehkan beberapa prestasi dalam menulis pada tahun 2020, diantaranya Peraih Prasamya Susastra Nugraha, 100 guru penulis Jawa Barat dan Penggerak Literasi, serta Penghargaan Bupati Subang di Bidang Kepenulisan.

Beragam tulisan yang telah ia hasilkan, ada yang dibagikan Wattpad, Storial, dan Blog https://dittawidyautami.blogspot.com. ataupun diterbitkan menjadi buku. Beberapa tulisan tersebut diantaranya: Precious (2017-2019) novel 12 chapter, Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019) cerita pendek 10 Chapter, serta sepuluh buku antalogi.

Menurut Ibu Ditta, untuk menjadi seorang penulis yang handal, selain harus mengetahui teknik menulis kita harus memiliki mental yang kuat dan sehat. Apabila kita lihat kisah beberapa penulis terkenal baik didalam maupun di luar negeri, ternyata banyak yang harus jatuh bangun ketika memulai memulai karir sebagai seorang penulis. Namun, karena semangat juang yang pantang menyerah dan memiliki mental baja sehingga mereka bisa bangkit dan meraih kesuksesan.

Setidaknya ada lima mental yang harus dimiliki oleh seorang penulis, yaitu:

 1.   Siap Konsisten

Semua orang mungkin bisa menulis tetapi tidak semua orang memiliki mental yang kuat  untuk bisa konsisten melakukannya dan menghasilkan banyak karya. Terkadang untuk menjadi konsisten dalam melakukan sesuatu terutama dalam menulis memang harus dipaksakan hingga menjadi sebuah kebiasaan. Perlu adanya usaha yang keras agar tulisan yang kita hasilkan berkualitas, yaitu dengan terus latihan dalam menulis.

Ada beberapa tips yang dapat kita lakukan agar bisa konsisten untuk menulis, yaitu pertama, menentukan niat untuk menulis, misalnya berbagi kebaikan, membuat buku, dan lain-lain. Niat yang kuat akan menjadi motivasi bagi kita untuk terus melakukannya. Kedua, mengenali diri sendiri apa yang kita sukai, karena akan lebih mudah jika menulis tentang hal yang kita senangi.

2.   Siap Dikritik

Suatu karya tulisan akan bermanfaat apabila dipublikasikan, baik melalui media sosial, media massa, ataupun menjadi sebuah buku. Oleh sebab itu, apabila kita memutuskan untuk mempublikasikan suatu karya tulisan, kita perlu menyadari bahwa tulisan tersebut akan menjadi “milik publik” dan akan dinilai oleh publik.

Kita harus siap dengan beragam komentar, tidak hanya komentar positif tetapi juga komentar negatif. Jangan terlalu bangga apabila mendapat pujian dan jangan pula terlalu berkecil hati ketika mendapat kritik/saran yang tajam, karena dengan adanya kritik dan saran tersebut kita akan  mengetahui kekurangan dari tulisan kita. Jadikan semua itu sebagai motivasi untuk terus belajar dan pedoman untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas.

3.   Siap Belajar

Jika sudah senang dan konsisten menulis dan menerima saran maupun kritik, maka sesungguhnya kita telah memiliki mental untuk terus belajar dan berkembang. Tidak cepat merasa puas atas semua capaian yang telah diraih, tetapi selalu membuka diri untuk terus belajar.

Ada dua cara yang dapat kita lakukan agar kecakapan dalam menulis dapat terus berkembang, yaitu:

a.       Melakukan riset

Cara ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas tulisan. Bisa dengan berkunjung ke perpustakaan, toko buku untuk mengamati buku-buku best seller, atau melacak hal apa yang sedang trend di media sosial.

 b.      Menambah bacaan

Saat ini, dimana literasi begitu digaungkan, maka kita harus menyiapkan mental untuk menjadi orang literat. Salah satunya dengan meningkatkan daya baca.

Daya baca berbeda dengan minat baca, Ibu Ditta menjelaskan di blognya tentang perbedaan daya baca dan minat baca. Intinya adalah minat baca berkaitan dengan keinginan, kecenderungan hati atau senang untuk membaca, sedangkan daya baca berkaitan dengan kemampuan membaca, seberapa kuat seseorang dalam membaca. Contoh sederhananya, kita memiliki minat baca yang tinggi terhadap pesan/status WA dan Fb,  Namun, jika dihadapkan dengan pesan yang panjang malah diskip. Hal tersebut menandakan bahwa meskipun minat baca kita tinggi tetapi daya bacanya rendah.

4.   Siap Ditolak

Setelah menulis akan timbul keinginan untuk menerbitkannya. Namun apakah kita yakin bahwa setiap tulisan yang ingin kita terbitkan akan selalu diterima oleh penerbit? Oleh sebab itu, mental berikutnya yang perlu dibangun adalah siap ditolak oleh media atau penerbit.

Saat naskah ditolak, coba lagi dan lagi atau mencari alternatif lain seperti dengan cara menerbitkannya sendiri atau mempublish dimedia sosial. Penulis terkenal saja seperti JK Rowling penulis novel Harry Potter pernah ditolak belasan penerbit. Dewi “Dee” Lestari, penulis novel Supenova, bahkan sekelas novelis horor Stephen King pun pernah ditolak oleh penerbit. Bayangkan, jika mereka berhenti berjuang saat ditolak penerbit pertama kali, mungkin saat ini kita tidak dapat mengenal karya hebat tersebut.

5.   Siap Menjadi “Unik”

Mental berikutnya yang perlu kita tanam adalah menjadi diri sendiri sesuai dengan keunikan kita masing-masing. Jadilah unik, tulis apa saja yang paling kita sukai, kuasai, dan sesuai dengan diri kita tanpa perlu mengikuti orang lain.

Raditya Dika menjadi unik karena menghasilkan karya dengan selera humornya. Penulis Justin Garden (Dunia Sophie) karyanya terselip unsur filsafat, karena basicnya ia pernah menjadi guru filsafat. Temukan apa yang unik dari diri kita dan tuangkan dalam bentuk tulisan. Jadilah penulis jujur yang apa adanya dan ada apanya. Tidak dibuat-buat/dipaksakan (apa adanya) namun tetap berbobot (ada apanya). Terus berlatih menulis dan membaca sehingga kita akan menemukan keunikan yang kita punya.

Penting bagi seorang penulis untuk memiliki kelima mental ini. Kadang kita terlalu fokus untuk menghasilkan karya, padahal yang menentukan karir kepenulisan adalah kekuatan mental yang ia miliki. Maka tak heran kadang kita menemukan orang yang mencoba untuk menulis namun terhenti ditengah jalan karena adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.

Cakap dalam menulis bisa dilatih dengan membaca dan banyak latihan, tetapi mental yang kuat hanya dapat dibangun dari pengalaman. Menjadi seorang penulis yang handal jalannya tidak selalu mulus, kita akan banyak menemukan rintangan. Setiap pengalaman, tantangan, kepahitan, kegagalan, kritik pedas, dan kesuksesan yang kita temui itulah yang menempa kita sehingga bisa menjadi pribadi yang kuat.

“Manfaatkan hari ini sebaik mungkin, agar kelak ada yang bisa kita kenang dan banggakan”. (Ditta Widya Utami)

Rabu, 20 Januari 2021

Tips Menulis dan Menerbitkan Buku ke Penerbit



Salah satu karya yang ingin dimiliki oleh semua penulis adalah buku. Kegiatan menulis akan terasa  lengkap apabila bisa memonumenkan kumpulan karya menjadi sebuah buku. Buku merupakan mahakarya yang memilki arti penting sebagai perekam jejak kepenulisan bagi seorang penulis

Sama halnya dengan pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 17. Salah satu indikator keberhasilan peserta adalah bisa menerbitkan sebuah buku, minimal buku dari kumpulan resume yang ditulis berdasarkan ilmu yang disampaikan oleh setiap narasumber. Lalu bagaimana caranya menulis buku untuk bisa diterbitkan?

Pertanyaan diatas dapat dijawab melalui materi yang disampaikan oleh Bapak Mukminin, M.Pd atau yang sering disapa Cak Inin. Ia adalah seorang guru di SMPN 1 Kedungpring, Lamongan dan juga alumni pelatihan Belajar Menulis PGRI. Saat ini ia memiliki perusahaan penerbit yang bernama Kamila Press, beroperasi sejak September 2020. Cak Inin merupakan peserta yang awalnya ingin menerbitkan buku tetapi bertranformasi menjadi pemilik dari sebuah perusahaan penerbit.

Cak Inin mulai mengikuti belajar menulis pada bulan Maret-Desember 2020. Hasilnya ia telah menerbitkan dua buku solo dan delapan buku antalogi. Dua buku solonya adalah 55 Pantun Nasihat dan Jurus Jitu Menjadi Penulis Andal. Saat ini Cak Inin juga aktif menulis di blog pribadi https://cakinin.blogspot.com.  

Tips dalam Menulis

Cak Inin mengatakan untuk menulis buku ada beberapa hal yang diperlukan bagi seorang penulis pemula.

Pertama, diperlukan keberanian dan tekad yang kuat untuk menulis dan mempublikasikan hasil tulisan yang telah dibuat. Menulis bukanlah sebuah bakat yang dibawa dari lahir, tetapi suatu keterampilan yang perlu diasah. Oleh sebab itu, dengan adanya dorongan yang kuat dari dalam hati sehingga akan memaksa diri untuk terus menghasilkan tulisan.

Kedua, merubah mindset atau pola pikir yang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Setiap tindakan yang kita lakukan semuanya berawal dari apa yang kita pikirkan. Kita dapat melakukan sesuatu karena kita berpikir kita mampu untuk melakukannya. Sama halnya dengan menulis, yakinkan dalam pikiran bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan sehingga secara tidak langsung kita memberi peluang kepada diri kita untuk mencoba melakukannya. Mulailah dengan menulis tentang hal apa saja yang didengar, dilihat, dibaca, atau dirasa.

Ketiga, mengenali potensi diri terhadap hal apa yang disukai dan kuasai karena setiap orang memiliki minat yang berbeda-beda. Ada yang menyukai menulis tentang pendidikan, agama, fiksi atau non fiksi, dan lain-lain. Menulis akan lebih mudah apabila kita menulis tentang hal yang kita sukai dan kuasai. Namun satu hal yang perlu diingat adalah sehebat apapun potensi yang kita miliki tanpa diasah dan dilatih semua akan sia-sia.

Keempat, membekali diri dengan banyak membaca. Membaca dan menulis merupakan dua halyang tidak bisa dipisahkan. Dengan banyak membaca akan menambah wawasan sehingga akan memunculkan banyak ide dan menghasilkan karya yang menarik.

Tips Menerbitkan Buku

Cak Inin yang saat ini menjadi pemilik sebuah penerbit buku memiliki tips bagi penulis pemula untuk bisa menulis buku agar layak terbit, yaitu:

  1. Kesibukan dalam menjalani hari-hari bukanlah suatu alasan untuk tidak menulis. Apabila ide tiba-tiba muncul disaat kita sedang melakukan suatu kegiatan, tuliskan segera di secarik kertas atau rekam melalui hp agar tidak lupa. Tuliskan pokok-pokok ide berdasarkan 5W+1H.
  2. Menentukan waktu yang tepat untuk menulis. Menulislah disaat kita nyaman untuk melakukannya, misalnya: menulis pada waktu subuh, sebelum tidur, atau diwaktu lain. Kembangkan pokok-pokok tulisan dengan kalimat yang sederhana dan menggunakan istilah yang umum sehingga menghasilkan tulisan yang baik, enak dibaca, dan mudah dipahami.
  3. Menjadi diri sendiri, karena setiap orang mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menulis. Oleh sebab itu, tampilkan tulisan dengan gaya sendiri sehingga karya yang kita hasilkan mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan karya orang lain. 
  4. Menulislah sebanyak-banyaknya tanpa membatasi jumlah halaman. Selain itu, hindari menulis sambil mengedit, proses edit dilakukan ketika semua ide tersalurkan. Perbaiki tulisan sesuai dengan EYD/EBBI. 
  5. Mempelajari dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk menerbitkan buku, seperti membuat cover dan judul buku yang menarik, menyiapkan kata pengantar, daftar pustaka, biodata penulis, synopsis buku, dan hal-hal lain yang harus dikirim ke penerbit.

Jenis-jenis penerbit

Penerbit buku ada dua macam yaitu penerbit mayor dan penerbit indie.Beberapa contoh dari penerbit mayor adalah Gramedia Pustaka Utama, Erlangga, Yudhistira, dan lain-lain. Sedangkan penerbit indie contohnya penerbit yang dimiliki oleh Cak Inin yaitu Kamila Press.  Apakah yang membedakan antara keduanya? Simak penjelasan yang disampaikan Cak Inin berikut ini.

1.   Jumlah cetakan

Penerbit mayor mencetak buku secara massal,biasanya sekitar 1000-3000 eksemplar dalam sekali cetak untuk didistribusikan ke toko-toko buku. Sedangkan penerbit indie mencetak buku secara berkala atau hanya akan mencetak apabila ada yang memesan buku tersebut.

2.   Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

Pada penerbit mayor sebelum naskah dicetak dan diterbitkan, naskah harus melewati beberapa tahap dan prosedur. Penerbit mayor sangat selektif dan memiliki syarat yang ketat dalam memilih naskah untuk diterbitkan.  karena mereka tidak berani untuk mengambil resiko dalam menerbitkan setiap naskah yang diterima. Naskah yang diterbitkan harus mengikuti selera pasar. Oleh sebab itu, pengajuan naskah ke penerbit mayor rentan terjadinya penolakan.

Sedangkan pada penerbit indie,naskah tidak akan ditolak selama naskah tersebut layak untuk diterbitkan, tidak melanggar undang-undang hak cipta, tidak plagiat, serta tidak mengandung unsur sara dan pornografi.

3.   Profesionalitas

Penerbit mayor merupakan perusahan besar yang memiliki profesionalitas yang tinggi. Sedangkan penerbit indie sebenarnya juga profesional namun sering disalah artikan. Banyak yang beranggapan bahwa di penerbit indie buku diterbitkan secara asal-asalan.Oleh sebab itu, sebagai seorang penulis harus jeli dalam memilih penerbit indie untuk menerbitkan buku. Jangan tergoda dengan paket penerbitan yang murah, tetapi kualitas  masih belum jelas.

4.   Waktu Penerbitan

Pada penerbit mayor umumnya sebuah naskah diterima atau tidak akan dikonfirmasi dalam tempo waktu 1-3 bulan. Walaupun naskah diterima belum tentu bisa langsung untuk diterbitkan, karena harus melalui banyak tahap. Selain itu, buku yang sudah diterbitkan akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali ke penerbit jka tidak memenuhi target penjualan.

Berbeda dengan penerbit mayor, penerbit indie akan segera memproses setiap naskah yang diajukan dan buku sudah bisa terbit dalam hitungan minggu. Penerbit indie tidak memiliki pertimbangan yang rumit dan tidak terfokus terhadap selera pasar dalam menerbitkan buku. 

5.   Royalti

Kebanyakan penerbit mayor mematok royalty bagi penulis maksimal 10% dari total penjualan sedangkan pada penerbit indie royalty bagi penulis umumnya 15-20% dari harga buku. Buku dipasarkan melalui media sosial, seperti fb, Instagram, WA, dan lain-lain. 

6.   Biaya penerbitan

Penerbit mayor tidak membebankan biaya penerbitan kepada penulis atau gratis. Itulah yang menyebabkan buku tidak bisa langsung diterbitkan dan harus diseleksi secara ketat, karena jika buku yang sudah diterbitkan tidak laku terjual kerugian hanya ditanggung oleh pihak penerbit.

Sedangkan untuk menerbitkan buku pada penerbit indie berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan penerbit lain berbeda karena pelayanan dan mutu buku yang diterbitkan tidak sama.

Apapun penerbit yang kita pilih, tidak akan mengurangi kualitas dari karya yang kita hasilkan. Sebagai seorang penulis pemula, apabila kita sudah berhasil menulis sebuah buku dan berani untuk menerbitkannya, kita telah menciptakan kemajuan dan  capaian yang luar biasa dalam menulis. Jadikan setiap karya yang kita hasilkan menjadi penyemangat untuk melahirkan karya berikutnya, karena penulis profesional adalah penulis yang menjadikan menulis sebagai profesi, dimana ia tetap konsisten untuk menghasilkan karya.

“Torehkan penamu dari hikmah jejak kakimu, siapa tahu itu jadi penolongmu”. (Cak Inin)

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...