Selasa, 09 Maret 2021

Mendisplinkan Diri dalam Menulis

 


Seorang penulis pemula yang ingin belajar menulis karena terbentur syarat untuk naik pangkat, dimana untuk bisa naik pangkat harus bisa menerbitkan 2 judul buku. Oleh karena itu, ia bergabung ke Group Belajar Menulis PGRI bersama OmJay. Ia berusaha memacu diri untuk mengikuti group tersebut dengan harapan bisa memperoleh ilmu untuk bisa menulis buku.

Kesungguhannya tersebut berbuah manis. Motivasi yang kuat dan ekspektasi yang tinggi membuat keinginannya untuk menulis buku tercapai, bahkan melampaui target. Ia berhasil menulis 4 buku solo. Menariknya lagi, ia hanya membutuhkan waktu 5 bulan untuk menulis buku-buku tersebut.

Penulis yang dimaksud adalah Ibu Tini Sumartini, seorang Kepala Sekolah di SMPN 3 Cipanas. Mulai bergabung pada group Belajar Menulis PGRI pada bulan Oktober 2020 digelombang 16. Ibu Tini merasa terlambat mengenal dunia literasi, karena baru belajar menulis ketika usia sudah diatas 50 tahun. Walaupun demikian, ia tetap optimis dan tidak putus asa, karena ia memiliki prinsip dalam hidupnya “Never too old to learn”.

Sebagai sama-sama penulis pemula, tentunya kita ingin tahu apa rahasia yang dilakukan oleh Ibu Tini sehingga bisa menulis 4 buku solo dalam waktu yang relative singkat.


Ibu Tini menjelaskan kunci dari semua itu adalah disiplin diri. Memang mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dijalankan. Terlebih lagi apabila pekerjaan yang sesuai tupoksi sedang menumpuk, sehingga badan lelah dan tak memiliki mood untuk menulis.

Berikut adalah beberapa tips yang dilakukan oleh Ibu Tini untuk menerbitkan buku.  

     1.   Bergabung dengan WAG Bloger

Selain group belajar menulis, disarankan untuk mengikuti juga group komunitas blogger. Tujuannya adalah agar rutinitas menulis kita selalu terjaga, karena dalam suatu komunitas blogger pasti ada tantangan-tantangan menulis yang harus diikuti anggotanya. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan banyak ilmu tentang menulis dan nge-blog, sehingga kita bisa terus mengembangkan diri.

     2.   Luangkan waktu untuk menulis, bukan hanya menulis diwaktu luang

Dibalik kesibukan kita sehari-hari kita harus bisa meluangkan waktu untuk menulis. Apabila kita hanya menunggu waktu luang untuk menulis, bisa jadi kita tidak akan menulis. Jangan mencari waktu luang, tetapi ciptakan waktu luang tersebut. Bisa sebelum tidur, bangun tidur, atau diwaktu lain sesuai dengan kenyamanan kita masing-masing.

     3.   Tetapkan target

Target berguna untuk membunuh rasa malas. Dengan adanya target akan membuat kita terus berpacu untuk melakukannya. Target akan berpengaruh terhadap besarnya usaha yang kita lakukan untuk mewujudkannya.

     4.   Banyak membaca

Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari membaca apabila ingin menulis, Pertama, membaca dapat menambah pengetahuan untuk referensi kita dalam menulis. Kedua, menambah kosa kata. Tanpa kita sadari dengan banyak membaca, perbendaharaan kosa kata akan semakin bertambah, sehingga kita bisa lebih mudah dalam menentukan diksi yang lebih beragam ketika menulis. Ketiga, mengatasi writer block, karena dengan membaca bisa memancing ide-ide untuk muncul.

     5.   Sering melakukan Blog Walking

Blog walking dilakukan dengan membaca tulisan dari blog orang lain dan memberi komentar sebagai bentuk apresiasi agar mereka terus berkarya. Cara ini bisa menjalin silaturahmi antar sesama Blogger. Akan ada saatnya orang lain juga membaca dan memberi komentar di Blog kita dan membuat kita merasa senang. Rasa senang itulah yang akan memotivasi diri untuk terus semangat dalam menulis.

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Selama masih ada niat dan tekad kita bisa melakukannya. Seperti yang Ibu Tini lakukan. Walaupun mengikuti belajar menulis saat usia sudah diatas 50 tahun, ia berhasil menerbitakn 4 buku solo dan 4 buku antologi. Semoga kita juga bisa mengikuti jejak Ibu Tini untuk memiliki buku solo.

Senin, 08 Maret 2021

Menulis adalah Bekerja untuk Keabadian

 

Menulis merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Apapun profesinya, pangkat, jabatan, atau status sosialnya selagi mempunyai niat ia bisa untuk menulis, Seperti yang dilakukan oleh Ibu Nani Kusmiyati, S.Pd, M.Pd.

Ibu Nani merupakan seorang anggota TNI AL yang berpangkat Mayor. Saat ini ia bertugas di Dinas Pendidikan TNI AL (DISDIKAL), MABESAL Cilangkap sebagai Kasubsi Daljardiksa (Pengendalian Pengajaran Pendidikan Bahasa) dan Labsa.

Selain itu, Perwira yang sedang menjalani pendidikan S3 di UNJ ini merupakan alumni dari Group Belajar Menulis Gelombang 8. Ia aktif menulis di blog pribadinya https://nani2teacher1navy.wordpress.com. Di Blog tersebut ia banyak memaparkan pengalaman dan karirnya sebagai anggota TNI AL, salah satunya cerita ketika ia bertugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon.

Ibu Nani memulai pemaparannya dengan sebuah pertanyaan “Mengapa kita harus menulis?” Setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk menulis. Biasanya kita menulis karena ingin menumpahkan rasa kesedihan, kegembiraan, marah dan segala bentuk emosi lainnya.  Menulis juga bisa kita gunakan untuk mengungkapkan ide kepada orang lain atau meyakinkan orang lain tentang visi dan misi yang kita miliki.

Kegiatan menulis akan menjadi menarik tatkala kita telah menemui celahnya. Celah yang dimaksud disini yaitu, kita bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan dari tulisan yang telah kita tulis. Hal ini bisa didapatkan apabila kita sering menulis. Seperti slogan dari OmJay, “Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi”.

Selain bergabung dengan grup Belajar Menulis PGRI, Ibu Nani juga bergabung group menulis Om Bud (Budiman Hakim), Kang Asep, dan Mba Devina. Group itulah yang banyak memberikan ilmu, ide, dan motivasi Ibu Nani dalam menulis sehingga berani untuk mengungkapkan ide-ide kedalam blog dan menerbitkannya menjadi buku. Sampai saat ini, ia telah berhasil menulis 28 buku antalogi.

Ibu Nani mengatakan, banyak sekali manfaat yang dapat kita petik dari kegiatan menulis, diantaranya:

  1. Menulis dapat memperluas wawasan, otak akan terus terasah. Walapun usia bertambah, dengan menulis dapat mencegah kita menjadi pikun.
  2. Menulis merupakan sarana edukasi. Kita dapat berbagi dan menimba ilmu kepada/dari orang lain melalui tulisan di blog, buku, artikel atau karangan lain. Walaupun kita telah tiada, ilmu-ilmu tersebut masih dapat dinikmati. Inilah salah satu manfaat menulis, yaitu bekerja untuk keabadian.
  3. Menulis sebagai perantara kebaikan. Melalui tulisan kita dapat berbagi inspirasi yang dapat memberikan motivasi, semangat, dan menenangkan hati orang lain.

Cerita hidup atau perjalanan karir juga bisa kita abadikan melalui tulisan. Ibu Nani menambahkan, seharusnya saat ia bertugas di Libanon banyak yang bisa ia tulis. Namun saat itu ia hanya mengabadikan hanya berupa foto-foto. Ia berharap dari foto-foto tersebut dapat mengingatkannya untuk menulis pengalaman-pengalaman selama misi. Sehingga anak cucunya nanti dapat mengetahui sejarah dan prestasi apa yang pernah ia dapatkan.

Banyak sekali manfaat dari menulis. Dengan menulis kita bida hidup selamanya. Walaupun jasad talah tiada, selama bumi masih berputar karya kita akan abadi selamanya.

Semua kita bisa menjadi seorang penulis. Menulis bukanlah sebuah bakat yang dibawa sejak lahir, melainkan suatu keterampilan yang perlu dilatih jika ingin memilikinya.  Tetap semangat!!

 

 

 

Selasa, 02 Maret 2021

Menjadi Guru yang Senang Membaca dan Menulis

Menulis sejak tahun 2014, tetapi telah menerbitkan buku dalam jumlah fantastis yakni 500-an lebih. Mungkin sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana cara menulis buku sebanyak itu dalam kurun waktu 7 tahun.

Ibu Emi Sudarwati, inilah penulis yang berhasil melakukannya. Ia adalah seorang guru Bahasa Daerah di SMPN 1 Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Hal yang menjadi motivasinya untuk menulis adalah ia ingin agar siswa dan guru Indonesia terinspirasi dari untuk menyukai menulis serta berharap dengan menulis ia bisa keliling dunia melalui.

Diantara banyaknya buku tersebut, ada satu buku yang paling berkesan bagi Ibu Emi, yaitu buku “Juara 1 Inobel”. Buku yang ia tulis berdasarkan pengalamannya menjadi juara 1 inobel tingkat nasional dari kemdikbud. Buku tersebut merupakan buku yang paling laris. Hingga saat ini telah dicetak lebih dari 1000 eksemplar.

Berhasil menerbitkan lebih dari 500 buku tentunya bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh Ibu Emi untuk mewujudkannya, diantaranya:

1.        Konsisten Menulis

Setiap hari Ibu Emi menyempatkan 20 menit untuk membaca dan 10 menit untuk menulis. Ia mengaku, pertama-tama memang harus dipaksa, namun seiring dengan berjalannya waktu akan menjadi terbiasa.

2.        Mencari inspirasi dengan lingkungan sekitar

Ibu Emi mengatakan setiap hari ia berjumpa dengan 900-an siswa. Merekalah yang menjadi sumber inspirasinya dalam menulis. Selain itu, dirumah ia juga mempunyai perpustakaan pribadi yang terdiri lebih dari 1500 buku. Dari buku-buku itulah ia belajar.

3.        Menulis kolaborasi

Hal yang juga dapat kita lakukan untuk menghasilkan banyak buku adalah dengan menulis kolaborasi. Sebenarnya dari 500 lebih buku yang Ibu Emi terbitkan, ada 7 buku yang karyanya sendiri (solo), sedangkan yang lain merupakan buku antologi bersama siswa,  teman guru, sastrawan, budayawan, atau siapa saja yang mau. Oleh sebab itu, agar energy menulis selalu terjaga maka bergaullah dengan penulis.

4.        Membaca buku sesuai genre yang ingin kita tulis

Apabila kita ingin menerbitkan buku dengan tema tertentu, hal yang harus kita lakukan adalah membaca buku sesuai dengan buku yang ingin kita tulis. Misalnya, jika ingin menerbitkan buku cerita anak, maka harus banyak membaca buku cerita anak. Begitupun juga untuk karya-karya yang lain.

5.        Refreshing

Biasanya dalam menulis kita sering mengalami kehabisan ide. Ibu Emi mensiasatinya dengan melakukan hal lain terlebih dahulu, seperti membaca buku, jalan-jalan, dan mengerjakan pekerjaan rumah. Kadang-kadang ide akan datang disaat kita sedang melakukan aktivitas tersebut, Catat ide tersebut dikertas atau kita bisa juga merekamnya melalui Hp. Kemudian, ketika ada waktu luang baru kita lanjutkan untuk menulis.

Itulah kelima hal yang dilakukan oleh Ibu Emi untuk bisa menerbitkan banyak buku. Ia memulai dengan membangun sikap untuk suka membaca dan menulis. Apabila kita telah menyukainya maka kita akan senang hati dan ketagihan untuk terus melakukannya.

Prestasi terbaru yang didapatkan oleh Ibu Emi pada tahun 2021 adalah “Buku Pantun Nasehat 1000 guru ASEAN” mencatat rekor muri dunia penulis pantun terbanyak. Buku tersebut ditulis oleh guru-guru yang berasal dari empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, singapura, dan brunei Darussalam. Dimana Ibu Emi termasuk didalamnya.


Penutup, Ibu Emi berpesan, tulislah sejarah sendiri mulai hari ini. Jangan tunggu orang lain menulis tentang kita. Cobalah luangkan waktu membaca 20 menit, lalu tulislah 10 menit. Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi sepeti yang Omjay lakukan.

 

 

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...