Jumat, 20 Maret 2020

Corona Menyerang Dunia Pendidikan



Baru-baru ini seluruh dunia dihebohkan oleh suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yang disebut dengan virus corona atau Covid-19 . Virus ini telah menimbulkan ribuan korban yang tersebar diberbagai negara yang ada di dunia termasuk Indonesia.. Di Indonesia sendiri sudah tercatat 309 korban yang terserang virus ini, dan semua korban sudah diisolasi di rumah sakit terdekat. Saat ini pemerintah masih mengupayakan mencari korban-korban lain yang kemungkinan terserang oleh virus ini, sehingga sesegera mungkin untuk dilakukan isolasi secepatnya agar tidak berdampak luas.
Mengingat hal tersebut, pemerintah pusat telah membuat kebijakan yang menganjurkan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di luar rumah agar penyebaran virus tersebut dapat terkendali dan tidak menimbulkan korban-korban baru, mengingat virus covid-19 termasuk epidemi yaitu suatu wabah yang sangat mudah menular melalui kontak secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk menyikapi himbauan tersebut beberapa pemerintah daerah sudah mengeluarkan surat edaran agar semua lembaga pendidikan mulai dari tingkat PAUD, TK SD, SMP, dan SMA agar diliburkan untuk sementara waktu. Walaupun demikian, proses pembelajaran diharapkan agar dapat terus berlangsung. Oleh sebab itu, guru sebagai tenaga pengajar dituntut untuk mencarikan solusi bagaimana agar proses pembelajaran tetap dilaksanakan.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah mengadakan pembelajaran dengan sistem daring (dalam jaringan) yang merupakan produk dari kemajuan teknologi. Sistem daring ini dimungkinkan guru dapat berinteraksi dengan siswa-siswanya walaupun tanpa bertatap muka secara langsung, interaksi tersebut dilakukan secara online melalui suatu media seperti handphone atau laptop. Apakah sistem daring benar-benar bisa menjadi solusi?
            Melalui group whatsapp yang kebetulan seluruh anggotanya berprofesi sebagai seorang guru yang berasal dari berbagai daerah  diadakan suatu diskusi untuk menyikapi permasalahan ini. Berbagai pendapat yang ditemui, diantaranya:
1)        Pembelajaran dengan sistem daring sudah tepat dilakukan. Karena dengan sistem daring tersebut guru dan siswa tetap dapat berinteraksi walaupun secara online melalui media seperti hp/laptop. Sehingga proses pembelajaran dapat terus berlangsung.
2)  Guru harus fleksibel. Sistem daring mungkin cocok dilakukan di daerah perkotaan yang peralatannya lengkap tanpa ada kendala. Bagaimana dengan daerah yang pedesaan yang menghadapi banyak kendala, seperti listrik yang tidak memadai, jaringan internet yg tidak tersedia, dan lain-lain. Ditambah lagi masih ditemukan guru-guru yang belum terampil dalam menggunakan TIK. Oleh sebab itu sistem daring tidak harus dilakukan. Sistem daring bisa diganti sesuai dengan kreatifitas guru masing-masing. Misalnya dengan pemberian tugas membuat catatan harian, membuat mind map, dan tugas-tugas terstruktur lainnya.
3)      Proses pembelajaran sebenarnya tidak wajib dilaksanakan. Mengingat situasi yang terjadi saat ini, siswa lebih baik difokuskan untuk menjaga kesehatannya masing-masing tanpa harus dibebani dengan kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan jadwal yang diberikan, sekolah diliburkan selama 14 hari/2 minggu, berarti guru kemungkinan kehilangan 2-3 kali pertemuan sehingga tidak begitu terpengaruh terhadap pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut kita tidak bisa membenarkan atau menyalahkan salah satu pendapat karena pendapat yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi yang ditemui masing-masing guru dan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Mungkin sistem daring cocok untuk diterapkan di sekolah yang berada diperkotaan tapi tidak bisa diterapkan di sekolah yang berada di pedesaan yang memiliki berbagai kendala. Kreatifitas seorang guru sangat diperlukan dalam menentukan metode yang akan digunakan.
Walaupun demikian, apapun metode yang digunakan proses pembelajaran hanya dapat dilakukan apabila adanya kerjasama antara guru dengan orang tua siswa. Hal tersebut disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh, dikhawatirkan berbagai kondisi lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, peran orang tua sangat diperlukan dalam mendorong, membimbing, dan mengawasi anaknya untuk tetap mengikuti proses pembelajaran.
 
 
Kritik dan Saran 👇😁🙏 

Sabtu, 14 Maret 2020

Tulisan Pertama


Tulisan Pertama


Semua penulis sepakat bahwa untuk bisa menulis kita harus banyak membaca. Pada awalnya saya tidak begitu terusik dengan kalimat tersebut. Saya akui memang tidak begitu menyukai membaca,  Dikarenakan profesi saya adalah seorang guru, paling buku yang saya baca adalah buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan saya ajarkan ke siswa, mau tidak mau sebelum mengajar harus membaca buku. Oleh karena itu, saya tidak terobsesi menjadi seorang penulis.

Pada suatu hari, saya tidak begitu ingat tepatnya hari apa ketika sedang melepas penat di ruang guru setelah mengajar saya menerima pesan whatsapp dari salah satu teman yang kebetulan juga seorang guru. Pesan tersebut berisi tentang adanya pelatihan menulis secara online. Dalam hati berkata apakah benar belajar menulis bisa secara online tanpa tatap muka hanya melalui whatsapp. Sebenarnya dalam hati tidak begitu tertarik, tetapi untuk mengobati rasa penasaran saya mencoba bergabung di grup tersebut.

Setelah bergabung di grup tersebut saya melihat anggota grup sudah lebih dari 100 orang dan sudah terisi pesan-pesan singkat anggota yang saling berkenalan satu sama lain. Sedangkan saya hanya diam mengamati anggota grup yang saling bercengkrama lewat pesan. Barulah tiba saatnya, seorang admin grup yang bernama Bapak Wijaya Kusuma yang biasa dipanggil OmJay memberitahukan bahwa akan diadakan bimbingan belajar menulis dengan beberapa narasumber selama 20 kali pertemuan. Setiap pertemuan semua peserta harus menyetor resume yang dikirim ke email OmJay. Bagi peserta yang rajin mengikuti sampai 20 kali pertemuan akan diberi sertifikat 40 JP. Jujur saja karena diiming-imingi dengan sertifikat maka saya bertekad mengikuti bimbingan menulis ini walaupun hati masih tidak begitu tertarik.

Sebelum pertemuan dimulai, admin grup OmJay mulai memperkenalkan diri sambil menerangkan beberapa profil beliau, ternyata OmJay adalah seorang Blogger. Seketika kepala terasa terbentur melihat beberapa pesan yang dikirim OmJay yang memperlihatkan beberapa foto beliau. Mulai dari foto-foto prestasi beliau tingkat nasional dalam menulis, foto ketika sedang memberikan pelatihan menulis ke berbagai daerah, dan beberapa foto karangan buku yang OmJay tulis yang menjadi best seller. Saya berkata dalam hati, kok bisa? Foto-foto tersebut seakan-akan dada terasa bergoncang seraya berkata bagaimana dengan saya? Apa prestasi yang telah saya raih? Apakah saya bisa berprestasi seperti OmJay?

Setelah itu saya mencoba membuka hati untuk mulai tertarik dengan bimbingan menulis ini. Sepertinya saya harus memaksa untuk menyukai menulis, jangankan untuk menulis membaca buku saja adalah hal yang harus dilakukan secara terpaksa. Karangan satu-satunya yang pernah saya tulis adalah skripsi itupun karena adanya tuntutan untuk memperoleh gelar sarjana.

Barulah tiba saatnya mengikuti pertemuan pertama bersama Bapak Agus Sampurno seorang penulis di blog yang karyanya telah banyak diterbitkan diberbagai media online terutama di kompasiana.com. Beliau menjelaskan pentingnya bagi seseorang untuk membangun brand melalui personal branding, karena melalui personal branding kita dapat menunjukkan kemampuan kita ke banyak orang, bukan bermaksud untuk ria tetapi untuk menebarkan manfaat. Agar bermanfaat untuk orang lain tentunya kita harus membuat orang lain percaya kepada kita atas kemampuan yang kita miliki. Menulis adalah salah satu cara untuk membangun personal branding, dengan menulis kita bisa berbagi banyak hal yang kita ingin agar orang lain ketahui. Tidak perlu menjadi ahli untuk berbagi dan menebarkan manfaat.

Selama mengikut bimbingan online ini sudah 8 orang narasumber berprestasi yang telah menshare ilmu dan pengalaman dalam hal menulis, diantaranya Bapak Dedi Dwitagama seorang guru di SMKN 50 Jakarta, yang karyanya sudah terbit dibanyak media massa. Berbagai prestasi yang pernah beliau raih mulai dari juara guru berprestasi tingkat nasional dan mewakili Indonesia di tingkat internasional. Hal yang sangat membekas dihati dari Bapak Dedi, “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Bagaimana dengan kita sebagai manusia?”. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah SWT, Apakah cukup kita hanya meninggalkan nama? Maka dari itu buatlah banyak orang mengingat kita dengan karya. Pribahasa yang sudah sering kita dengar namun banyak urang lupa akan makna yang terkandung didalamnya.

Selain Bapak Dedi, ada Bapak Dudung Nurullah Koswara (Ketua Pengurus Besar PGRI), Bapak Nanim Ibnu Solihin (Motivator Pendidikan), Bapak Wijaya Kusuma (Trainer menulis), Ibu Iriany (Duta Rumah Belajar Kemendikbud RI), Bapak Taufik Hidayat (Penulis Travel), dan Ibu Lilis Ika H. Sutikno (Penulis buku best seller). Penulis-penulis dengan segudang prestasi yang terlalu panjang jika diungkapkan dengan kata-kata, kita bisa melihat prestasi-prestasi mereka dengan mengetik nama-nama mereka di internet. Melihat prestasi-prestasi yang mereka peroleh semakin menambah semangat untuk belajar menulis.  Senang sekali rasanya bisa mendapatkan ilmu dari penulis-penulis hebat seperti mereka dan tidak sabar untuk mendapatkan ilmu dari narasumber berikutnya.

Sangat berterima kasih kepada OmJay dengan ikhlas telah memfasilitasi kami belajar menulis melalui whatsapp dan juga motivasi-motivasi yang OmJay berikan, salah satunya “Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi” yang sangat banyak memberikan pencerahan kepada saya, sehingga membuka asa untuk menjadi seorang penulis dan menjadi salah satu dorongan bagi saya untuk memposting tulisan ini ke blog. Semoga apa yang OmJay dan semua narasumber lakukan menjadi amal jariyah.

Inilah tulisan pertama yang saya tulis di blog, disaat peserta lain sudah banyak menghasilkan karyanya di blognya masing-masing, sedangkan saya masih berjuang memaksakan diri untuk membuat tulisan pertama. Mohon maaf apabila tulisan ini terkesan kaku karena masih berstatus sebagai penulis pemula yang masih memerlukan banyak bimbingan. Mudah-mudahan melalui grup Bimbingan Belajar Menulis saya memperoleh banyak ilmu dan memiliki semangat untuk menjadi seorang penulis

#penulispemula
#masihberjuang
 
Kritik dan Saran 👇😁🙏 

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...