Sabtu, 23 Januari 2021

Mental Seorang Penulis

Ketika memilih untuk menjadi seorang penulis, maka kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Jalan menjadi seorang penulis hebat tidaklah mudah, banyak tantangan dan rintangan yang harus dilalui. Hanya orang yang memiliki mental kuatlah yang bisa menaklukkannya. Lalu, mental seperti apakah yang harus dimiliki untuk menjadi seorang penulis?

Seorang narasumber luar biasa menjelaskan pentingnya seorang penulis untuk memiliki mental yang kuat. Ia adalah Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Seorang guru SMPN 1 Cipeundeuy, Subang yang telah menorehkan beberapa prestasi dalam menulis pada tahun 2020, diantaranya Peraih Prasamya Susastra Nugraha, 100 guru penulis Jawa Barat dan Penggerak Literasi, serta Penghargaan Bupati Subang di Bidang Kepenulisan.

Beragam tulisan yang telah ia hasilkan, ada yang dibagikan Wattpad, Storial, dan Blog https://dittawidyautami.blogspot.com. ataupun diterbitkan menjadi buku. Beberapa tulisan tersebut diantaranya: Precious (2017-2019) novel 12 chapter, Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019) cerita pendek 10 Chapter, serta sepuluh buku antalogi.

Menurut Ibu Ditta, untuk menjadi seorang penulis yang handal, selain harus mengetahui teknik menulis kita harus memiliki mental yang kuat dan sehat. Apabila kita lihat kisah beberapa penulis terkenal baik didalam maupun di luar negeri, ternyata banyak yang harus jatuh bangun ketika memulai memulai karir sebagai seorang penulis. Namun, karena semangat juang yang pantang menyerah dan memiliki mental baja sehingga mereka bisa bangkit dan meraih kesuksesan.

Setidaknya ada lima mental yang harus dimiliki oleh seorang penulis, yaitu:

 1.   Siap Konsisten

Semua orang mungkin bisa menulis tetapi tidak semua orang memiliki mental yang kuat  untuk bisa konsisten melakukannya dan menghasilkan banyak karya. Terkadang untuk menjadi konsisten dalam melakukan sesuatu terutama dalam menulis memang harus dipaksakan hingga menjadi sebuah kebiasaan. Perlu adanya usaha yang keras agar tulisan yang kita hasilkan berkualitas, yaitu dengan terus latihan dalam menulis.

Ada beberapa tips yang dapat kita lakukan agar bisa konsisten untuk menulis, yaitu pertama, menentukan niat untuk menulis, misalnya berbagi kebaikan, membuat buku, dan lain-lain. Niat yang kuat akan menjadi motivasi bagi kita untuk terus melakukannya. Kedua, mengenali diri sendiri apa yang kita sukai, karena akan lebih mudah jika menulis tentang hal yang kita senangi.

2.   Siap Dikritik

Suatu karya tulisan akan bermanfaat apabila dipublikasikan, baik melalui media sosial, media massa, ataupun menjadi sebuah buku. Oleh sebab itu, apabila kita memutuskan untuk mempublikasikan suatu karya tulisan, kita perlu menyadari bahwa tulisan tersebut akan menjadi “milik publik” dan akan dinilai oleh publik.

Kita harus siap dengan beragam komentar, tidak hanya komentar positif tetapi juga komentar negatif. Jangan terlalu bangga apabila mendapat pujian dan jangan pula terlalu berkecil hati ketika mendapat kritik/saran yang tajam, karena dengan adanya kritik dan saran tersebut kita akan  mengetahui kekurangan dari tulisan kita. Jadikan semua itu sebagai motivasi untuk terus belajar dan pedoman untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas.

3.   Siap Belajar

Jika sudah senang dan konsisten menulis dan menerima saran maupun kritik, maka sesungguhnya kita telah memiliki mental untuk terus belajar dan berkembang. Tidak cepat merasa puas atas semua capaian yang telah diraih, tetapi selalu membuka diri untuk terus belajar.

Ada dua cara yang dapat kita lakukan agar kecakapan dalam menulis dapat terus berkembang, yaitu:

a.       Melakukan riset

Cara ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas tulisan. Bisa dengan berkunjung ke perpustakaan, toko buku untuk mengamati buku-buku best seller, atau melacak hal apa yang sedang trend di media sosial.

 b.      Menambah bacaan

Saat ini, dimana literasi begitu digaungkan, maka kita harus menyiapkan mental untuk menjadi orang literat. Salah satunya dengan meningkatkan daya baca.

Daya baca berbeda dengan minat baca, Ibu Ditta menjelaskan di blognya tentang perbedaan daya baca dan minat baca. Intinya adalah minat baca berkaitan dengan keinginan, kecenderungan hati atau senang untuk membaca, sedangkan daya baca berkaitan dengan kemampuan membaca, seberapa kuat seseorang dalam membaca. Contoh sederhananya, kita memiliki minat baca yang tinggi terhadap pesan/status WA dan Fb,  Namun, jika dihadapkan dengan pesan yang panjang malah diskip. Hal tersebut menandakan bahwa meskipun minat baca kita tinggi tetapi daya bacanya rendah.

4.   Siap Ditolak

Setelah menulis akan timbul keinginan untuk menerbitkannya. Namun apakah kita yakin bahwa setiap tulisan yang ingin kita terbitkan akan selalu diterima oleh penerbit? Oleh sebab itu, mental berikutnya yang perlu dibangun adalah siap ditolak oleh media atau penerbit.

Saat naskah ditolak, coba lagi dan lagi atau mencari alternatif lain seperti dengan cara menerbitkannya sendiri atau mempublish dimedia sosial. Penulis terkenal saja seperti JK Rowling penulis novel Harry Potter pernah ditolak belasan penerbit. Dewi “Dee” Lestari, penulis novel Supenova, bahkan sekelas novelis horor Stephen King pun pernah ditolak oleh penerbit. Bayangkan, jika mereka berhenti berjuang saat ditolak penerbit pertama kali, mungkin saat ini kita tidak dapat mengenal karya hebat tersebut.

5.   Siap Menjadi “Unik”

Mental berikutnya yang perlu kita tanam adalah menjadi diri sendiri sesuai dengan keunikan kita masing-masing. Jadilah unik, tulis apa saja yang paling kita sukai, kuasai, dan sesuai dengan diri kita tanpa perlu mengikuti orang lain.

Raditya Dika menjadi unik karena menghasilkan karya dengan selera humornya. Penulis Justin Garden (Dunia Sophie) karyanya terselip unsur filsafat, karena basicnya ia pernah menjadi guru filsafat. Temukan apa yang unik dari diri kita dan tuangkan dalam bentuk tulisan. Jadilah penulis jujur yang apa adanya dan ada apanya. Tidak dibuat-buat/dipaksakan (apa adanya) namun tetap berbobot (ada apanya). Terus berlatih menulis dan membaca sehingga kita akan menemukan keunikan yang kita punya.

Penting bagi seorang penulis untuk memiliki kelima mental ini. Kadang kita terlalu fokus untuk menghasilkan karya, padahal yang menentukan karir kepenulisan adalah kekuatan mental yang ia miliki. Maka tak heran kadang kita menemukan orang yang mencoba untuk menulis namun terhenti ditengah jalan karena adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.

Cakap dalam menulis bisa dilatih dengan membaca dan banyak latihan, tetapi mental yang kuat hanya dapat dibangun dari pengalaman. Menjadi seorang penulis yang handal jalannya tidak selalu mulus, kita akan banyak menemukan rintangan. Setiap pengalaman, tantangan, kepahitan, kegagalan, kritik pedas, dan kesuksesan yang kita temui itulah yang menempa kita sehingga bisa menjadi pribadi yang kuat.

“Manfaatkan hari ini sebaik mungkin, agar kelak ada yang bisa kita kenang dan banggakan”. (Ditta Widya Utami)

10 komentar:

  1. Top bagus Pak .....

    silahkan main ke blog saya pak..trims....

    https://suryanietin.blogspot.com/2021/01/mental-seorang-penulis.html

    BalasHapus
  2. semangat pak, bagus tulisannya 👍

    BalasHapus
  3. semangat pak, bagus tulisannya 👍

    BalasHapus
  4. "Cakap dan menulis bisa dilatih dengan membaca dan banyak latihan, tetapi mental yang kuat hanya dapat dibangun dari pengalaman." Mantapppp 👍🏻

    Terima kasih sudah berkenan membuat resumenya 🙏🏻

    BalasHapus
  5. Luar biasa. Insya Allah dengan bimbingan para master, berhasil menerbitkan buku. Salam literasi

    BalasHapus
  6. Mantap pa, keren dan lengkap resumenya. Lanjutkan 👍🙏

    BalasHapus
  7. wow, resumenya keren. tulisannya rapi. enak dibacanya pak. semangat berkarya, semangat menginspirasi

    BalasHapus
  8. Terima kasih atas kunjungan dan supportnya Bapak/Ibu...

    BalasHapus

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...