Sabtu, 30 Januari 2021

Menulis dan Berbagi

 

“If you want to master something, teach it. The more you teach, the better you learn. Teaching is a powerful tool to learning”. 

Richard Feynman

Jika kita ingin semakin terampil dalam menulis, maka ajarkan ilmu yang kita peroleh dan ajaklah orang lain untuk juga ikut menulis. Semakin banyak kita menyebarkan ilmu tentang menulis kepada orang lain, maka secara tidak langsung kita akan menguasainya.

Hal inilah yang diterapkan oleh Bapak Yulius Roma Patandean, S.Pd. untuk mendorong semangat menulisnya. Ia adalah seorang guru berprestasi dari SMAN 5 Tana Toraja Prov. Sulawesi Selatan, pernah menjadi juara ketiga ketika mengikuti lomba Kreatifitas Guru Tingkat SMA pada Porseni PGRI Provinsi Sulsel Tahun 2017. Baru-baru ini pada tahun 2020, ia meraih dua mendali emas dan tiga mendali perunggu pada ajang Gurulympics PGRI. Suatu prestasi yang sangat luar biasa membanggakan.

Pria kelahiran 6 Juli 1984 yang biasa dipanggil dengan Bapak Roma ini juga merupakan alumni pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 8 yang sudah menerbitkan kurang lebih tujuh buku buku yang terdiri dari buku solo, duet, dan antalogi. Diantara buku-buku tersebut dua buku duetnya dengan Prof. Richardus Eko Indrajit  dapat tembus diterbitkan di penerbit mayor.



Motivasi Menulis

Bapak Roma mengatakan bahwa semua kita pasti mempunyai ide dan pengalaman hidup masing-masing, disamping itu kita juga diberkahi dengan kemampuan untuk menulis. Oleh sebab itu, manfaatkanlah apa yang kita miliki tersebut. Gunakan ide dan pengalaman sebagai bahan untuk menghasilkan karya tulisan.

Selama mengikuti pelatihan kita juga diwajiban untuk membuat resume dari setiap materi yang disampaikan oleh narasumber. Jadikan kegiatan tersebut sebagai salah satu cara untuk melatih keaktifan agar konsisten dalam menulis. Resume merupakan tulisan yang paling mudah kita bahasakan saat kita belajar menulis karena kontennya sudah disediakan. Kita tinggal mengolah kata-kata dan memberi “bumbu” kreatifitas sehingga menjadi tulisan yang enak dan renyah untuk dibaca.

Menulislah tanpa beban seperti air yang mengalir dari ketinggian, dimana ia akan terhenti ditempat yang datar sehingga menjadi genangan yang besar. Tulislah kata demi kata, kalimat demi kalimat, sehingga pada akhirnya akan terkumpul menjadi naskah yang siap untuk dibukukan. Menulislah dengan CLBK, yaitu mencoba, lakukan, budayakan, dan konsisten.

Menurut UNESCO, minimal isi dari sebuah buku adalah 40 halaman. Apabila kita rutin menulis minimal 20 resume yang jika masing-masing resume mempunyai 5 halaman ukuran kertas A5, maka dengan modal hanya 20 resume kita sudah menghasilkan 100 halaman naskah buku. Atas dasar itu, Bapak Roma berpesan kepada peserta Belajar Menulis PGRI Gelombang 17 untuk menyelesaikan resume dan segera memiliki mahkota menulis, yaitu hasil karya ber-ISBN yang akan diabadikan oleh Negara di Perpustakaan Nasional RI.

Menulis dan Berbagi

Salah satu cara yang dapat kita lakukan agar motivasi untuk menulis terus meningkat yaitu dengan berbagi praktik-praktik cara menulis dengan orang lain. Hal itulah yang dilakukan oleh Bapak Roma. Setelah mengikuti pelatihan Belajar Menulis dan berhasil menerbitkan beberapa buku, ia menjadi pegiat literasi dilingkungan kerjanya. Ia berusaha mengajak rekan-rekan kerjanya untuk mulai menulis. Beragam cara yang ia lakukan, seperti mengajak secara langsung atau membagikan tulisan di blog ke grup WA sekolah dan media sosial.

Bapak Roma mengakui awalnya memang terasa sulit, tetapi dengan adanya kita memberikan bukti berupa karya maka akan membuat orang lain menjadi tertarik. Ia ikut menulis artikel di laman guruberbagi.kemdikbud.go.id. dan dua artikelnya sudah diterbitkan. Atas dasar hal tersebut ia mendapat bonus paket data dari kemdikbud.

Selain itu, ia juga berhasil menulis puisi dan menerbitkannya menjadi sebuah buku dengan judul “Tetesan di Ujung Pena”. Perlahan tapi pasti, akhirnya usahanya tidak sia-sia. Atas capaian tersebut dua orang rekan guru Bahasa Indonesia berminat untuk menulis. Lalu ia mengajak mereka untuk mulai menulis hal yang paling mudah untuk dilakukan, yakni menulis puisi. Setelah dua bulan berjalan akhirnya terkumpul 71 puisi yang siap untuk dibukukan dengan judul buku “Merajut Asa di Badai Korona”. Bapak Roma mengatakan, ia melakukan hal tersebut untuk memberikan motivasi kepada rekan-rekan guru bahwa menulis itu bisa kita lakukan.

Bapak Roma terus berjuang mengajak rekan-rekan guru untuk menulis. Ia memulai langkahnya dengan menulis cerpen bersama siswa . Berharap hal tersebut menjadi pelecut bagi semangat guru-guru ketika melihat siswanya bisa menerbitkan buku ber-ISBN.

Apa yang Bapak Roma lakukan adalah salah satu bentuk berbagi ilmu. Ia membagikan ilmu dan pengalaman yang ia peroleh ketika mengikuti pelatihan belajar menulis dan menerbitkan buku kepada rekan-rekan kerjanya.

Berbagi ilmu memang tidak ada habisnya. Ibarat mata air, semakin banyak air yang diambil darinya maka akan semakin jernih dan banyak pula air yang dihasilkan. Oleh sebab itu, apabila kita ingin menguasai suatu ilmu khususnya dalam menulis maka ajarkanlah kepada orang lain.

3 komentar:

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...