Selasa, 16 Februari 2021

Rahasia Menulis Buku dalam Seminggu

 

Menulis buku dalam seminggu, suatu hal yang terdengar mustahil bagi banyak orang. Apalagi bagi penulis pemula yang baru mengenal dunia kepenulisan. Tetapi melalui tangan dingin dari salah seorang narasumber pada pelatihan Belajar Menulis Gelombang 17, hal yang terasa tidak mungkin untuk dilakukan ternyata bisa diwujudkan. Narasumber yang dimaksud adalah Bapak Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc, MBA, Mphil, MA. Siapakah ia? Untuk lebih dekat mengenal beliau dapat membaca  https://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit.

Narasumber yang baru saja menyelesaikan pendidikan Doktor di UNJ (Universitas Negeri Jakarta) ini telah banyak banyak mengantarkan alumni dari pelatihan Belajar Menulis untuk bisa menulis buku selama tujuh hari. Bahkan buku tersebut tembus untuk diterbikan di penerbit mayor yaitu PT ANDI Offset.

Setiap sebagai narasumber di berbagai gelombang Belajar Menulis, Prof. Eko selalu menantang semua peserta untuk bisa menulis buku selama seminggu. Setiap peserta yang berminat diminta untuk memilih judul berdasarkan konten yang dibahas pada channel youtube Prof Ekoji Channel.

Selajutnya dari judul tersebut dibuat TOC atau daftar isi, hal-hal apa saja yang akan dibahas. Kemudian Prof. Eko akan membimbing peserta untuk menulis selama tujuh hari. Bagaimana cara menghasilkan buku dalam waktu yang relative singkat? Apa yang harus dilakukan? Temukan jawabannya dari materi yang disampaikan Prof. Eko berikut!

Prof. Eko mengatakan kita sebagai manusia memiliki kegemaran untuk bercerita dan ngobrol dengan orang lain, bicara ke sana ke mari dengan siapa saja kita berjumpa. Seandainya kita menghabiskan waktu selama seminggu untuk pergi liburan bersama teman atau keluarga, pasti dalam seminggu tersebut banyak sekali hal yang kita bicarakan.

Contohnya seperti yang Prof. Eko lakukan. Ia sering kali menulis semua kegiatan yang dilakukan selama seharian. Waktu yang ia habiskan bersama anak, istri, keluarga, dan temanya, semua ia tulis di catatan pribadinya. Tanpa disadari sedang asyik menulis ia telah menghasilkan tulisan sebanyak 10 halaman. Padahal yang ia tulis hanyalah menceritakan kembali apa yang ia alami dari pagi hingga petang hari.

Bisa kita bayangkan dalam sehari saja Prof. Eko dapat menghasilkan tulisan sebanyak 10 halaman. Bagaimana jika dilakukan setiap hari? Dalam sebulan bisa jadi 300 halaman.

Apa yang dilakukan oleh Prof. Eko bisa kita terapkan, karena semua kita pasti mempunyai hobi, kesukaan, dan cerita yang pernah kita lakukan dan alami. Pilihlah satu topik yang sangat kita sukai dan kuasai dari pengalaman yang kita miliki. Jangan ceritakan pengalaman tersebut kepada orang lain melalui mulut, tetapi ceritakan melalui tangan dengan cara menuliskannya. Menurut Prof. Eko, mengubah komunikasi melalui bicara menjadi tulisan merupakan cara yang dapat kita lakukan apabila ingin menulis dan menerbitkan buku dalam satu minggu.

Mulailah dengan menulis setiap hari satu halaman. Jika sudah ketagihan kita bisa menaikkan porsi menjadi 2-5 halaman perhari. Apalagi saat ini kita dapat menulis dengan mudah di Blog. Menulis bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Lakukan saja tanpa harus menunggu.

Prof. Eko sudah mempraktekkannya. Setiap hari ia biasa menulis 1-3 halaman, tetapi pas hari sabtu dan minggu ia bisa menulis hingga berpuluh-puluh halaman. Isinya bermaca-macam seperti, cara mengajar, teknik main sulap dengan kartu, update teknologi terbaru, dan lain sebagainya.

Buku juga dapat kita hasilkan dari membuat bunga rampai tulisan (koleksi tulisan). Setiap hari kita usahakan mencari satu pesan yang ingin disampaikan, berarti dalam sebulan ada 30 pesan. Menulis karya bunga rampai jauh lebih mudah dari pada membuat buku yang didalamnya terdapat struktur bahasa yang logis dan teratur.

Prof. Eko menambahkan, hambatan untuk menulis biasanya berasal dari diri sendiri. Kita sering beralasan tidak punyak waktu untuk melakukannya. Jangan mau diatur waktu, tetapi kitalah yang harus mengatur waktu. Kita harus memaksa diri memiliki manajemen waktu yang baik. Sediakan waktu khusus untuk menulis. Belajarlah dari dokter yang punya jam praktek. Selama itu ia tidak bisa diganggu.

Menulis juga bisa dipicu oleh hal-hal lain. Misalnya sebagai orang tua yang sering sekali memberikan nasehat kepada anak-anaknya tapi mereka cuek atau tidak mendengarkannya. Kita dapat memberikan nasehat tersebut melalui tulisan dalam bentuk surat. Melalui tulisan kita juga bisa mengutarakan perasaan kepada orang lain, seperti menulis puisi, lagu, pantun, syair, gurindam, ucapan ulang tahun dan lain-lain. Kita bisa juga menulis momen berharga yang kita lakukan dengan orang lain.

Intinya adalah bahwa menulis itu bukan saja bertujuan untuk publikasi. Dengan menulis kita bisa bahagia, tersenyum, dan tertawa. Apabila kita telah menyukai menulis, jangankan seminggu satu hari saja jika kita memutuskan untuk menulis dari pagi sampai malam, pasti bisa menjadi sebuah buku.

Semua hal bisa dituliskan. Bahkan zaman sekarang, publikasi tidak lagi harus berbentuk buku. Kita bisa menerbitkannya melalui e-book. Membuat e-book jauh lebih cepat dan dan mempunyai dampak yang lebih besar dibandingkan buku klasik dengan format fisik.

Kita bisa mendisrupsi diri untuk memaksa menulis. Misalnya dengan membayangkan hal-hal yang aneh. Misal seandainya kita diberitahu oleh malaikat bahwa usia tinggal 24 jam lagi, dan dalam waktu itu kita tidak bisa bertemu dengan siapapun. Kita hanya disediakan keyboard, computer, dan micorosoft word. Apa yang akan kita tulis dan kepada siapa tulisan tersebut kita tujukan? Pasti dalam waktu 24 jam kita berhasil membuat buku yang mengharukan.

Cara menulis cepat bisa kita lakukan apabila kita berada dilingkungan yang kondusif. Tiap orang bisa berbeda-beda. Oleh sebab itu, kita harus membuat suasana yang pas atau sesuai dengan karakteristik diri kita masing-masing untuk melahirkan ide-ide. Macet ketika menulis itu biasa, kebanyakan karena kehabisan ide. Biasanya itu terjadi karena badan kita lelah. Istirahat sejenak dengan bersantai-santai, olah raga, dan hiburan. Ditengah-tengah kegiatan tersebut biasanya ide akan muncul lagi.

Hilangkan semua keraguan dan rasa takut dalam menulis. Setiap tulisan sudah ada pembacanya masing-masing. Tidak mungkin kita membuat tulisan yang bisa memuaskan banyak orang. Menulislah sampai tuntas. Jangan kaget apabila nantinya ada banyak sekali orang yang menikmati dan meninggalkan pesan positif atas tulisan tersebut. Tulisan yang datang dari hati yang tulus tidak ada yang salah. Yang kita berikan adalah sharing pikiran, jadi semuanya pasti valid dan benar.

Kita tentunya juga ingin suatu saat nanti anak cucu kita bisa mengenal siapa kita. Oleh sebab itu, buatlah kenangan dalam bentuk tulisan, karena apapun yang kita tulis akan terekam abadi didunia maya.

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama. Artinya bahwa dari semenjak dulu nenek moyang kita ingin agar kita menulis, karena hanya dengan menulis kita bisa hidup seribu tahun lagi. Menulis adalah doa, menulis adalah cinta, menulis adalah karya, menulis adalah jiwa, menulis adalah manusia.

Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh Prof. Eko ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan apabila ingin menerbitkan buku dalam seminggu.

  1. Latihan menulis setiap hari dengan memulai menulis hal-hal yang sederhana.
  2. Menyediakan waktu khusus untuk menulis.
  3. Paksakan diri untuk mulai menulis.
  4. Menulislah dalam suasana yang kondusif.
  5. Hilangkan semua keraguan dalam diri.

Selanjutnya, apabila peserta tertarik untuk menulis buku selama tujuh hari bersama Prof. Eko, setiap peserta harus mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat atau kriteria naskah yang diinginkan oleh penerbit. Disamping itu para peserta harus komitmen untuk meluangkan waktu paling tidak 2 jam sehari untuk tidak diganggu oleh siapapun, karena bagi penulis pemula ketenangan sangatlah dibutuhkan. Prof. Eko juga tidak keberatan jika harus menemani peserta dari jam 12 malam sampai jam 2 pagi. Bagaiamana? Siapkah menerima tantangan?

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...