Jumat, 26 Februari 2021

Motivasi Berprestasi

Kita perlu belajar banyak dari seorang guru yang satu ini. Walaupun statusnya masih sebagai honorer tidak melunturkan semangat dan loyalitasnya untuk terus mengabdi. Bahkan, ia mampu menjadi seorang guru yang berprestasi ditingkat nasional. Ia adalah Bapak Dede Suryana, S.Pd, M.M atau sering disapa dengan sebutan Abah Dede seorang guru di SDS Kemala Bhayangkari 1 Bandung.

Abah Dede sudah 34 tahun menjadi guru honorer. Mungkin kita bertanya-tanya kenapa ia betah sebagai guru honorer dalam waktu yang cukup lama. Jawabannya sederhana, karena ia amat mencintai profesinya. Baginya guru adalah profesi yang mulia. Apapun profesi lain yang orang miliki tidak terlepas dari peran kehadiran seorang guru.

Status honorer dan PNS tedak begitu dipentingkan bagi Abah Dede. Ia tidak pernah merasa jenuh menjadi seorang guru walupun honorer. Ia ingin menikmati setiap proses dengan menjalankan tugas sebaik mungkin.

Cita-citanya sejak dari dulu memang ingin menjadi seorang guru. Kehilangan seorang ayah pada saat SMA membuatnya belum bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sehingga cita-citanya sempat tertunda.

Akhirnya pada tahun 1987, Abah Dede mendapat tawaran dari seorang guru untuk mengajar di SMP tempat ia sekolah dahulu, mungkin karena melihat kompetensi yang ia miliki ketika sekolah. Abah Dede menerima tawaran tersebut. Abah Dede mengajar di SMP tersebut selama kurang lebih 20 tahun. Waktu yang cukup lama ia habiskan sebagai seorang guru dengan hanya berbekal ijazah SMA.

Pada tahun 2010, walaupun sudah berkeluarga ia memberanikan diri untuk ikut seleksi beasiswa S1.  Berkat doa dari keluarga dan anak-anaknya ia lolos dan diterima di UPI Bandung. Sungguh perjalanan yang cukup berat yang dirasakan oleh Abah Dede, Mulai kuliah ketika usia sudah menginjak 40 tahun dan memiliki keluarga. Kadang beasiswa yang ia peroleh harus berbagi dengan kebutuhan rumah. Atas usaha dan kegigihannya ia berhasil lulus tepat waktu pada tahun 2014. Abah Dede tidak cepat berpuas diri, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 pada tahun 2016 dan lulus tahun 2018 saat usianya menginjak 50 tahun.

Walaupun hingga saat ini statusnya masih sebagai seorang guru honorer Abad Dede tetap melaksanakan tugas dengan sepenuh hati. Loyalitas yang diberikan mengantarnya menjadi guru yang berprestasi. Terbukti ia berhasil meraih beberapa penghargaan, diantaranya

  1. Penghargaan Satya Pratama Penggiat Inklusif dari Dinas Pendidikan Kota Bandung tahun 2019.
  2. Penghargaan juara lomba Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Inklusif dari Dirjen GTK kemdikbud RI tahun 2019.
  3. Penghargaan Guru Inspiratif Nasional dari Dirjen GTK kemdikbud RI tahun 2020.
  4. Penghargaan guru berprestasi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung tahun 2020.

 Menurutnya, prestasi merupakan bonus dari setiap kegiatan yang kita lakukan secara ikhlas.

“Dalam hidup kita akan dipertemukan dengan pertemuan yang misterius, setelah orang lain mengakui kemampuan dan dan keunggulan diri kita maka akan memicu sirkuit yang luas biasa”. Ungkap Abah Dede.

Ungkapan tersebut dialami oleh Abah Dede ketika mengikuti lomba Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Inklusif pada tahun 2019. Pada saat itu, ia mengikuti lomba tersebut karena dipaksa oleh seorang pengawas bukan atas keinginannya sendiri. Tentu paksaan tersebut didasari oleh kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh Abah Dede.

Apabila orang lain telah mengetahui potensi yang kita miliki maka akan ada saja jalan/sirkuit yang muncul untuk menuntunkan kita kepada hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Oleh sebab itu, dalam melakukan segala sesuatu, hendaklah kita melakukannya dengan sepenuh hati dan berikan yang terbaik.

 

“Mencatat apa yang harus dikerjakan dan kerjakan apa yang sudah dicatat”, itulah motto hidup yang dimiliki Abah Dede. Maksudnya, kalau ada tugas kerjakan dan kalau ada ide tuliskan. Dalam melalukannya apabila kita menemukan kesulitan maka solusinya adalah bertanya. Ciri orang berfikir adalah bertanya.

Prestasi yang diraih membuat Abah Dede sering diundang oleh kemdikbud untuk berbagi pengalaman menebar inspirasi kepada guru-guru ditanah air.  Menurutnya guru zaman now adalah guru yang harus nyaman didalam zona ketidaknyamanan dan guru pembelajar yang tidak berkesudahan. Sosok yang rendah hati ini mengatakan, apa yang ia lakukan bukanlah karena ia hebat dan bukan pula karena hasil kerja keras, tetapi itu semua karena Allah SWT yang memudahkan dan melancarkan aktivitasnya.

Ia sangat berharap dan memiliki kebanggaan tersendiri apabila suatu saat nanti ada yang menyapa “Bah benar apa yang disampaikan abah, sekarang saya menjadi narasumber dan mendapat apresiasi”. Hal tersebut menandakan bahwa apa yang telah ia lakukan bermanfaat bagi orang lain.

Abah Dede ingin kita terus bergerak dan menggerakan guru-guru lain yang sedang asyik berada di zona nyamannya. Ia berpesan:

“Jangan pernah lelah mencari ilmu karena akan lebih lelah dan tersiksa apabila dikemudian hari kita tidak memiliki ilmu.

Jangan pernah memaksa karena meraka akan melawan, dan jangan pernah mengancam karena mereka akan melawan, lantas apa yang harus kita berikan kepada siswa kita, sederhana jawabannya, berikan mereka cinta. Niscaya mereka akan memberikan segalanya.

Cintai profesi kita, insyaallah nanti akan datang takdir baik yang misterius”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...