Jumat, 19 Februari 2021

Menaklukkan Tantangan Menulis Buku Nonfiksi 7 Hari

 

Seperti hal yang telah disampaikan pada postingan sebelumnya, Prof. Eko salah seorang narasumber pelatihan Belajar Menulis selalu menantang peserta di setiap gelombang berkolaborasi dengannya untuk menulis buku selama seminggu. Sesuatu yang terdengar mustahil dilakukan, tetapi sudah banyak yang berhasil melakukannya.

Saat ini, tantangan tersebut telah sampai ke peserta Belajar Menulis Gelombang 17. Peserta yang umumnya masih penulis pemula yang baru mengenal dunia kepenulisan tentunya perlu pencerahan atau kita-kiat yang dapat dilakukan dalam menerima tantangan tersebut.

Seorang narasumber yang bernama Ibu Musiin atau yang bisa dipanggil Ibu Iin bersedia membagikan pengalamannya dalam menulis buku selama tujuh hari bersama Prof. Eko. Ibu Iin merupakan alumni pelatihan Belajar Menulis Gelombang 8. Saat itu ia mendapatkan kesempatan untuk menerima tantangan dari Prof. Eko dan berhasil menaklukkan tantangan tersebut. Hasilny buku yang ditulis telah diterbitkan oleh Penerbit ANDI Offset dan dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku yang Bu Iin tulis berjudul “Literasi Digital Nusantara: Meningkatkan Daya Saing Generasi”.


Menurut guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri tersebut, Prof. Eko ibarat seorang Master Chef yang memberi kita banya pilihan bahan masakan yang bisa kita olah menjadi berbagai macam hidangan. Topik telah disediakan oleh Prof. Eko di Channel Youtubenya Ekoji Channel. Peserta bebas memilih topik sesuai dengaan yang disukai dan kuasai. Bu Iin mengatakan bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang kita miliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum kita keluarkan.

Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer judulnya “Is There A Book Inside You?”. Dalam buku tersebut dikatakan, setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Jadi bergantung pada diri kita masing-masing apakah mau mengeluarkannya dalam bentuk buku atau tidak. Apakah kita hanya ingin mengeluarkannya dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita yang tidak meninggalkan jejak keabadian.

Bu Iin menambahkan, menulis bukanlah suatu keterampilan yang mudah untuk dilakukan. Menulis tidak semudah bicara. Justru karena sulitlah ada tantangannya. Perjuangan kita menjadi seorang penulis yang dimulai dari mengikuti kelas menulis, membuat resume, dan menghasilkan buku itulah yang akan membuat kita menjadi cinta menulis.

Oleh sebab itu, sebelum memulai menulis kita harus menemukan alasan yang kuat apabila ingin menjadi seorang penulis. Ibu Iin sendiri ingin menjadi penulis karena beberapa alasan: 1) Mewariskan ilmu lewat buku, 2) Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku, 3) Mengembangkan profesi sebagai seorang guru, dan 4) Termotivasi dari ungkapan Al-Ghazali dan Pramudya Ananta Toer.

“Keinginan kuat ternyata menghantarkan ke hukum tarik-menarik di alam semesta ini. Hukum tarik-menarik dalam rahasia ala mini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Pikiran menjadi penulis mengantarkan saya mengikuti kelas-kelas menulis” ungkap Bu Iin.

Menulis Buku Nonfiksi

Berdasarkan pemaparan dari Ibu Iin, setidaknya ada tiga pola dalam menulis buku nonfiksi, yaitu:

  1. Pola hierarkis, buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit. Contohnya buku pelajaran.
  2. Pola procedural, buku disusun berdasarkan urutan proses. Contohnya buku panduan.
  3. Pola klaster, buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab, dimana antar bab setara.

Pola yang digunakan oleh Bu Iin dalam menulis buku “Literasi Digital Nusantara: Meningkatkan Daya Saing Generasi”, yakni pola klaster.

Selanjutnya, proses penulisan buku terdiri dari 4 langkah, yaitu, pratulis, menulis draf, merevisi draf, menyunting naskah, dan menerbitkan.

1.        Pratulis

 a)   Menentukan tema

 b)     Menemukan ide

 c)     Merencanakan jenis tulisan

 d)     Mengumpulkan bahan tulisan

 e)     Bertukar pikiran

 f)       Menyusun daftar

 g)     Meriset

 h)     Membuat mind mapping

 i)       Menyusun kerangka

 

Satu buku cukup memiliki satu tema. Tema dari buku nonfiksi diantaranya parenting, pendidikan, motivasi, dan lain-lain. Kemudian, agar tema tersebut dapat dikembangkan menjadi ide yang menarik, penulis bisa mengeksplorasi dari pengalaman pribadi atau orang lain, berita di media massa atau sosial, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan, dan membaca buku.

 

Dalam mengumpulkan bahan tulisan untuk menulis bukunya, Ibu Iin mendapatkan referensi dari data dan fakta yang ia temukan dari literasi di internet. Referensi terdiri dari

a)      Pengatahuan yang diperoleh secara formal, nonformal, atau informal.

b)      Keterampilan lain yang diperoleh secara formal, nonformal, atau informal.

c)      Pengalaman yang dieproleh sejak balita hingga saat ini.

d)      Penemuan yang telah didapatkan.

e)      Pemikiran yang telah direnungkan.

 

Berikut adalah contoh kerangka dari buku Bu Iin “Literasi Digital Nusantara: Meningkatkan Daya Saing Generasi”

           BAB I Penggunaan Internet di Indonesia

A.    Pembagian Generasi Pengguna Internet

B.    Karakteristik Generasi dalam Berinternet

BAB II Media Sosial

A.    Media Sosial

B.    UU ITE

C.    Kejahatan di Media Sosial

BAB III Literasi Digital

A.    Pengertian

B.    Elemen

C.    Pengembangan

D.    Kerangka Literasi Digital

E.    Level Kompetensi Literasi Digital

F.     Manfaat

G.   Penerapan Literasi Digital pada Lintas Generasi

H.   Kewargaan Digital

BAB IV Ekosistem Literasi Digital di Nusantara

A.    Keluarga

B.    Sekolah

C.    Masyarakat

BAB V Literasi Digital untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A.    Perkembangan Gerakan Literasi Digital di Indonesia

B.    Literasi Digital Tanpa Digital Mindset di Indonesia\

C.    Membangun Digital Mindset Warganet +62

 

Berikut adalah anatomi buku nonfiksi

a)   Halaman judul

b)     Halam persembahan (opsional)

c)     Halaman daftar isi

d)     Halaman kata pengantar (opsional, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

e)     Halaman prakata

f)       Halaman ucapan terima kasih (opsional)

g)     Bagian/Bab

h)     Halaman lampiran (opsional)

i)       Halaman glosarium

j)       Halaman daftar pustaka

k)     Halaman indeks

l)       Halaman profil penulis

 

Judul harus mencerminkan ide utama atau pemberi informasi kepada pembaca tentang konsep yang akan dibahas.

2.        Menulis Draf

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menulis draf, yaitu:

a)      Menuangkan konsep antar tulisan dengan prinsip bebas.

b)      Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.

3.        Merevisi Draf

Hal yang dilakukan dalam merevisi draf adalah:

a)      Merevisi sistematika/ struktur penulisan dan penyajian.

b)      Memeriksa gambaran besar dari naskah.

4.        Menyunting Naskah

Naskah disunting berdasarkan KBBI dan PUEBI, yang terdiri dari:

a)      Ejaan

b)      Tata bahasa

c)      Diksi

d)      Data dan fakta

e)      Legalitas dan norma

Tujuan dari menyunting adalah memperbaiki kesalahan-kesalahan mekanis dan substantif. Menyunting bisa kita lakukan sendiri atau meminta tolong kepada orang lain/editor.

 

5.        Menerbitkan

Apabila keempat langkah diatas telah kita lakukan, naskah sudah bisa kita kirimkan ke penerbit.

Hambatan-Hambatan dalam Menulis Buku Selama 7 Hari

Ada beberapa hambatan yang dirasakan oleh Ibu Iin dalam menyelesaikan naskah selama seminggu, yaitu:

  1. Hambatan waktu
  2. Hambatan kreativitas
  3. Hambatan teknis
  4. Hambatan tujuan
  5. Hambatan psikologis

Menurut Ibu Iin, dari kelima hambatan tersebut yang paling berat yang ia rasakan adalah hambatan psikologis, yang berkaitan dengan deadline yang diberikan. Justru deadline tersebut menjadi trigger untuk menyelesaikan tulisan.

Hal yang dilakukan oleh Ibu Iin dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah

  1. Banyak membaca
  2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar, atau berbagai hal yang terkait dengan narasumber.
  3. Disiplin menulis setiap hari
  4. Istirahat sejenak untuk mencari hiburan.
  5. Fokus pada tujuan dan bayangkan buku kita selesai dan terpajang di toko buku.

Ibu Iin berharap dari materi yang ia sampaikan dapat memotivasi peserta untuk menerima tantangan menulis buku selama tujuh hari dari Prof. Eko, karena kesempatan tersebut tidak akan datang dua kali. Tiap kesempatan yang diambil adalah sebuah kesempatan untuk menang. Kesempatan yang kecil sering kali merupakan permulaan kepada usaha yang besar. Take It Or Leave It. Now Or Never.

3 komentar:

  1. Pak Andre kerenn tulisannya ,maaf saya baru sempat main,,,gimana kabarnya buat buku solo dr 20 resum ?
    main ya
    https://suryanietin.blogspot.com/2021/02/senjata-tajam-menaklukan-tantangan.html.........trims

    BalasHapus

Sudah Buka, Kok Lemas!

  Hal yang kita tunggu setelah berpuasa seharian adalah waktu berbuka. Dengan berbuka kita berharap dapat mengisi kembali energi yang hilang...