Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang penulis atau tidak dilihat dari karyanya. Ia tidak dapat dikategorikan sebagai penulis jika hanya menghasilkan satu atau dua karya. Penulis yang sejati yaitu penulis yang produktif menghasilkan karya secara terus menerus tanpa ada batasan waktu.
Sebagai penulis pemula tentunya untuk dapat menghasilkan banyak karya merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Walaupun demikian, semua kesulitan yang dialami akan menjadi mudah apabila kita mengetahui caranya untuk menghasilkan karya dan disertai dengan banyaknya latihan menulis.
Seorang narasumber yang kaya akan pengalaman dalam dunia kepenulisan membagikan ilmunya tentang bagaimana seorang penulis untuk tetap produktif menghasilkan tulisan. Perempuan bernama lengkap Noralia Purwa Yunita, M.Pd, seorang guru di SMP Negeri 8 Semarang. Selain kesibukan sebagai seorang guru ia juga aktif sebagai penulis di berbagai penerbit, diantaranya: Bumi Aksara, Inovasi Publishing, dan Andi Offset.
Ibu Nora mengatakan bahwa ia mulai kembali aktif menulis semenjak pandemi atau lebih tepatnya April 2020. Hasratnya untuk menulis semakin besar ketika ia mengikuti pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 8.Pada tahun tahun 2020 lalu ia mendapatkan capaian yang luar biasa yaitu berhasil menulis delapan buah buku, yang terdiri dari empat buku solo dan empat buku antalogi dan kurun waktu kurang dari satu tahun.
Trik-trik untuk menghasilkan banyak karya
Pada saat menjadi narasumber Belajar Menulis PGRI Gelombang 17, Ibu Nora membagikan beberapa trik yang dapat digunakan jika ingin memiliki banyak karya dalam waktu yang singkat. Trik-trik yang dimaksud adalah sebagai berikut
1. Mengikuti program menulis antalogi atau kolaborasi.
Hal ini sangat bermanfaat untuk menambah kepercayaan diri untuk bisa menulis solo. Selain kita dapat belajar dari karya penulis lain, kita juga dituntut untuk menulis banyak bab tulisan untuk dijadikan sebuah buku.
2. Menulis setiap hari di Blog
Cara ini Ibu Nora terapkan saat menjadi peserta Belajar Menulis Gelombang 8. Setiap materi yang disampaikan oleh narasumber ditulis di Blog dalam bentuk resume. Tulisan-tulisan dengan tema yang sama dikumpulkan menjadi satu, hingga kemudian dibuat menjadi sebuah buku.
3. Menulis di media sosial.Sebagian kita ada yang suka menulis status di facebook atau instagram, arahkan hobi tersebut untuk menulis sesuatu yang lebih berarti, misalnya cerita motivasi, pengalaman pribadi ataupun cerpen. Apabila hal tersebut kita lakukan secara konsisten hingga menghasilkan banyak tulisan, maka kita bisa menjadikannya sebuah buku.
4. Menulis buku harian.Buku harian ternyata bisa berbuah karya buku solo. Cerita pribadi disaat sedih, bahagia atau apapun dapat kita tuangkan dalam buku harian. Kumpulan-kumpulan cerita tersebut dapat menjadi sebuah buku fiksi atau pengalaman pribadi.
5. Mengajak siswa menulis.Apabila profesi kita adalah sebagai seorang guru, cobalah untuk berkolaborasi menulis dengan siswa. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tugas kepada mereka, misalnya menulis puisi, cerpen, atau pantun dengan tema tertentu, sehingga kumpulan-kumpulan dari karya yang dihasilkan dapat dibukukan.
Langkah-langkah menulis buku
Setidaknya ada 6 langkah yang dapat dilakukan dalam menulis buku. Langkah-langkah ini Ibu Nora dapatkan dari buku UKTUB karya Bapak Akbar Zainuddin, yaitu menggunakan jurus TOJTRP. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tema,Menentukan tema buku yang akan ditulis. Tema merupakan gambaran secara keseluruhan tentang isi buku.
2. Outline/TOC/daftar isiPembuatan outline/TOC/daftar isi merupakan langkah kedua setelah penentuan tema. Ada beberapa alasan mengapa pembuatan daftar isi itu penting, diantaranya:
a. Sebagai kerangka pikiran dalam menuangkan setiap ide dalam buku yang akan ditulis.
b. Membantu menjabarkan tiap bab dan subbab dalam buku
c. Mengetahui awal dan akhir dari buku yang ditulis
d. Membantu dalam mencari referensi/pustaka yang dibutuhkan
e. Agar tulisan dalam buku lebih terfokus dan tidak keluar bahasan/topik
f. Membantu untuk menentukan target waktu kapan buku harus selesai
Pembuatan daftar isi karya non fiksi memiliki perbedaan dengan karya fiksi. Pada naskah non fiksi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Mengikuti pedoman 2W+1H. Bab awal merupakan bab yang menjawab pertanyaan why, dapat berupa:
Mengapa….
Pentingnya…. ,dan
Alasan….
b) Bab selanjutnya menjawab pertanyaan What, maksudnya pada bab tersebut menjelaskan pengertian, jenis, atau mungkin ciri khusus
c) Bab akhir menjawab pertanyaan How. Pada bab ini dapat dibuat lebih dari satu bab karena how biasanya meliputi pembuatan, pelaksanaan, penerapan, hasil, dan kelebihan serta kekuranagn.
Sedangkan pada naskah fiksi dalm membuat daftar isi dapat memperhatikan beberapah hal berikut.
a) Menentukan prolog, biasanya terdiri dari pengenalan tokoh, setting cerita, dan awal cerita. Pada prolog belum ada konflik dan alur cerita belum terlalu terlihat karena masih merupakan bagian awal dari cerita.
b) Menentukan konflik cerita, biasanya konflik sudah mulai muncul pada bab 2 (pertengahan). Ini merupakan bab inti karena didalamnya ada hikmah yang dapat diambil dari pembaca.
c) Menentukan klimaks dari konflik, biasanya masih di bab pertengahan yang merupakan puncak konflik yang terjadi.
d) Menentukan solusi dari konflik yang ada. Ini merupakan bagian bab sebelum akhir bab. Pada bab ini disajikan solusi permasalahan dari konflik yang terjadi, jalan keluar, adanya hikmah dan pesan kepada pembaca.
e) Menentukan epilog yang merupakan akhir dari cerita dan tentunya merupakan bab penutup dari cerita.
Setelah daftar isi selesai, kembangkan tulisan berdasarkan daftar isi tersebut. Tuliskan sesuai dengan apa yang dirancang dalam daftar isi. Cari referensi sebanyak mungkin untuk mendukung penulisan buku.
3. Jadwal
Jadwal ditentukan berdasarkan outline yang dibuat. Misalkan dari 5 bab kita menginginkan selesai dalam waktu 5 bulan, maka untuk satu bab dapat dikerjakan dalam waktu satu bulan.
4. TulisSetelah outline dan jadwal ditentukan, langkah selanjutnya adalah memulai menulis sesuai dengan outline yang telah dibuat.
5. RevisiLangkah yang memakan waktu yang paling lama adalah revisi. Langkah ini sangat berguna untuk menemukan kesalahan baik dalam EYD, struktur kalimat atau pemilihan kata.dengan demikian hasil buku akan lebih renyah untuk dibaca. Revisi dapat dilakukan dengan swaediting atau meminta bantuan orang lain.
6. Penerbit.Setelah semua proses penulisan selesai, langkah yang terakhir adalah mengajukan tulisan ke penerbit
“Buatlah karya agar dapat dikenang sepanjang masa agar kehidupan menjadi lebih bermakna dan bermanfaat untuk sesame” (Nora Purwa Yunita).
mantap, keren, enak dibacanya pak, semangat berkarya, semangat menginspirasi
BalasHapusBagus bingit
BalasHapusMantap Pak. 👍👍👍
BalasHapusTetap semangat. Salam literasi.
Bagus pak siio top markotop
BalasHapusTerima kasih bapak/ibu atas kunjungannya...
BalasHapus